Page 17 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 17

31

 dana yang diperoleh, sekitar 20% diberikan untuk kegiatan organisasi, dan
 80% dibagikan diantara para pelaku kejahatan. Dana yang berputar
 dikalangan kelompok teroris ini digunakan untuk membeli senjata dari berbagai
 daerah konflik di Asia Tenggara, dan menjalin hubungan dengan kelompok-
 kelompok teroris di dunia guna keperluan pelatihan, pertukaran informasi
 intelijen, serta pelibatan personil guna tugas-tugas khusus di kawasan yang
 bergolak di luar negeri.

           Suburnya terorisme di NAD didukung juga oleh posisi geografis yang
berbatasan laut, dengan pegunungan yang memanjang, serta banyaknya sisa-
sisa senjata yang diperoleh saat daerah ini bergolak, sehingga memaksa
pemerintah pusat dimasa lalu menjadikan provinsi ini sebagai Daerah Operasi
Militer (DOM). W alaupun NAD saat ini telah damai, namun masih terdapat
sebagian kecil pimpinan GAM yang masih mengidamkan sebuah negara Islam
Aceh. Sebelum bergerak, para teroris ini telah memiliki kemampuan m iliter
dasar seperti disiplin dalam kelompok, menembak, membaca peta, baris
berbaris, halang rintang, termasuk mampu membuat bom dengan perangkat
elektronik yang terurai. Latihan militer diselengarakan di Kabupaten Aceh
Besar, yang dim atangkan dengan pembebasan narapidana secara paksa di LP
Lhokseumawe.

          Dari tanggapan resmi Polda NAD, keberhasilan aparat menghancurkan
kedua kelompok diatas adalah akibat keberhasilan praktik Perpolisian
Masyarakat (Polmas), dimana masyarakat secara ikhlas memberikan informasi
penting kepada Polsek te rd e k a t sehingga memudahkan aparat Polri dan TNI
melancarkan operasi. Bahkan masyarakat dan mantan pimpinan GAM
memberikan informasi dini perihal kegiatan sekelompok orang bersenjata yang
melakukan pelatihan m iliter di Pegunungan Jalin, Jantho, dan Aceh Besar,
sehingga membantu Polri menggulung kelompok ini. Ternyata mereka
bernama Al Qaeda Indonesia, yang sebelumnya adalah pelaku Bom Buku di
Jakarta dan Bom Serpong di Provinsi Banten. Masyarakat NAD juga
membantu Polda dalam memblokade wilayah mereka dari jalur pelarian teroris.

          Jika dikaji secara mendalam, terciptanya integrasi antara aparat Polri
dan masyarakat di NAD berakar pada keberhasilan Polmas yang telah lama
berlangsung, dengan personil Polmas yang fasih berbahasa Aceh dan
memahami kerapatan masyarakat dengan adat Aceh dan budaya Islam.
   12   13   14   15   16   17   18