Page 16 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 16

30

    budaya, bergerak dari rumah ke rumah, dan secara bertahap melibatkan warga
    binaan mereka dalam latihan kemiliteran. Para pengikut ini berasal dari
    masyarakat yang miskin, dengan latar belakang petani dan nelayan, serta
   memiliki pemahaman agama yang sangat rendah namun cenderung fanatik.
   Ketiadaan daya kritis ini memudahkan para teroris memasukkan ajaran-ajaran
   yang sifatnya doktriner, walaupun para pimpinan terorisme itu sendiri memiliki
   keterbatasan dalam memahami ayat-ayat suci.

             Indoktrinasi sangat mudah dilakukan, karena para nelayan adalah
   mereka yang sudah turun temurun hidup disekitar lingkungan laut, terbiasa
  dengan perubahan iklim dan pergerakan ikan. Namun disisi yang lain, mereka
  langsung menyaksikan terbatasnya sarana dan prasarana kapal tradisional,
  serta rendahnya kemampuan pemerintah mengolah hasil industri kelautan dan
  perikanan yang mereka hasilkan.

            Dengan mengambil analogi sejarah pada masa Sultan Iskandar Muda
  misalnya, sangatlah mudah bagi kalangan teroris memasukkan pemikiran lama
  dalam konteks yang baru, seperti berulangnya kejayaan masa lalu melalui
 sebuah revolusi masa kini. Analogi yang sering terdengar dilingkungan
 generasi muda adalah keadaan NAD yang sebenarnya lebih makmur dari pada
 Brunei Darussalam, serta peluang generasi muda NAD di masa depan hidup
 serba berkecukupan.

           Indoktrinasi di NAD semakin mudah dilaksanakan, mengingat sangat
 terbatasnya kualitas SDM kelautan dan perikanan dikalangan penduduk asli,
 sementara pemerintah terkesan mendiamkan beroperasinya kapal Pukat
 Harimau yang dinakhodai nelayan asing, yang menerobos masuk hingga
 mendekati pantai Ulele.

          Para pimpinan kelompok ini adalah pecahan dari Jam a’ah Islamiyah
Indonesia. Para pemimpin gerakan ini membenarkan perampokan bersenjata
untuk membiayai jihad, karena uang rampokan tersebut dianggap berasal dari
uang riba. Sasaran mereka dalam aksi Coercive Terrorism ini telah dipilih
secara sistematis, guna selanjutnya diserang seperti halnya sebuah operasi
militer, dengan pembagian tugas yang spesifik, waktu yang benar-benar te p a t
serta jalur-jalur pelarian yang telah terdata dengan baik.

          Target operasi mereka adalah bank-bank yang terletak di dalam kota
maupun di luar kota, tem pat penukaran mata uang asing, dan toko mas. Dari
   11   12   13   14   15   16   17   18