Page 3 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 3

19

 ada dimana mereka melakukan aksi kekerasan berbentuk teror dengan
 tujuan merubah dasar negara. Apabila perang merupakan kelanjutan
 politik dalam bentuk lain, seperti yang diungkapkan oleh Clausewitz, maka
 terorisme adalah sebuah perang dalam bentuk lain.13 Terorisme yang
 menjadi fenomena saat ini tidak dapat disamakan dengan terorisme yang
 dilaksanakan oleh kelompok mafia, meskipun mereka melaksanakan teror
 sebagai tehnik namun sasaran mereka lebih merupakan upaya
 mendapatkan uang daripada membesarkan kekuatan militer, bertujuan
 agama atau nasional.14

          Banyak pihak memperdebatkan tentang radikalisme pemikiran
jaringan teroris Jamaah Islamiyah dan afiliasinya, karena menurut
 keyakinan mereka hal itu dilakukan berdasarkan keyakinan untuk
menegakkan Syari’at Islam sebagai dasar negara di Indonesia. Hal ini
menjadi perdebatan yang wajar di alam demokrasi yang menjunjung tinggi
kebebasan berpendapat seolah tanpa batas. Namun dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia, nilai-nilai yang diakui dan harus
senantiasa dipegang teguh dalam kehidupan bermasyarakat dan berpolitik
untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dan mencapai tujuan
nasional adalah nilai-nilai Pancasila.

         Selain tentang perdebatan benar atau salahnya radikalisme Jamaah
Islamiyah, perdebatan lain adalah tentang kebebasan untuk berpikiran
radikal asalkan tidak melakukan teror. Bagi masyarakat yang memiliki
“peradaban modem” pendapat tersebut mungkin ada benamya karena
mereka dapat mengendalikan pikiran radikalnya agar tidak sampai
diimplementasikan dalam bentuk teror. Akan tetapi tidak demikian halnya
dengan Jamaah Islamiyah maupun kelompok afiliasinya. Mereka
mengimani kredo jihad sebagai sebuah perintah suci untuk memerangi
umat agama lain yang dianggap kafir, sekaligus merupakan kewajiban
mulia bagi setiap Muslim dalam rangka menegakkan hukum Tuhan.
Mereka berasumsi, karena Nabi Muhammad SAW menghabiskan hidupnya
dalam peperangan, maka orang-orang Muslim harus mengikuti teladannya

13 Ibid.
14 Ibid.
   1   2   3   4   5   6   7   8