Page 4 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 4

42
non tradisional yang muncul di kawasan Asia Tenggara dan menyebutnya
sebagai sebuah ‘Fenom6na Wilayah Abu-abu’ (FWA). Adapun penjelasan lebih
lanjut dan FWA adalah sebagai berikut:

       Pertama, dan sisi geografis, Asia merupakan jalur komunikasi,
perhubungan dan keuangan yang penting bagi negara di beiahan dunia lainnya.
Selain perairan Selat Malaka yang merupakan salah satu alur laut terpenting
bagi perekonomian dunia, alur laut ini juga sangat rawan dari gangguan
pembajak/ perompak taut (Perwita, 2004: 76).

       Kedua, Asia Tenggara merupakan salah satu pemasok dan pusat
perdagangan narkotika dunia, dimana produksi opium di kawasan Segitiga Emas
menyumbangkan sekitar 65% produksi opium dunia. Tingkat produksi dan jalur
lalu lintas narkotika di Asia Tenggara selanjutnya mendorong munculnya
berbagal organisasi kejahatan internasional serta tingkat konsumsi narkotika
yang semakin tinggi di kawasan ini (Perwita, 2004: 77).

       Ketiga, Asia Tenggara merupakan kawasan dengan tingkat penyelundupan
manusia yang sangat tinggi karena menjadi pintu masuk bagi penyelundupan
manusia dari kawasan lain, seperti dari Asia Selatan dan Timur Tengah yang
bergerak menuju kawasan lainnya (Australia dan Selandia Baru). Lebih jauh lagi,
beberapa negara seperti Malaysia dan Singapura juga menjadi sasaran para
tenaga kerja gelap dari negara lain seperti Indonesia, Vietnam dan Kamboja.
 Persoalan tenaga kerja dapat mengganggu hubungan antar negara, seperti yang
terjadi antara Indonesia dengan Malaysia dan antara Indonesia dan Singapura
(Perwita, 2004: 77).

        Keempat, pasca Tragedi 11 September 2001, Asia Tenggara telah menjadi
 sebuah kawasan yang berpotensi bagi berkembangnya terorisme Internasional,
 sebagaimana dibuktikan dengan banyaknya kasus terorisme yang bermula di
 Malaysia, Indonesia dan Filipina (Perwita, 2004: 77).
   1   2   3   4   5   6   7   8   9