Page 16 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 16
4
. mengisi kesenjangan antara produksi pangan dan kebutuhan dalam negeri,
serta diatur sedemikian rupa agar tidak merugikan kepentingan para produsen
pangan di dalam negeri, yang mayoritas petani dan peternak skala kecil, juga
kepentingan konsumen khususnya kelompok miskin.3 Karena itu, menjadi
sangat penting untuk mengembangkan konsep dan program kemandirian
pangan di mana kontribusi sumber pangan lokal, tingkat keanekaragaman
sumber pangan, dan tingkat ketergantungan impor pangan dan ingridient
pangan, merupakan indikator yang sama pentingnya dengan indikator
ketahanan pangan, yaitu kesehatan dan keaktifan individu.
Menyangkut masalah pangan ada pemahaman yang kurang tepat
selama ini, bahwa pangan pokok selalu diidentikkan dengan beras. Padahal,
sesungguhnya dari pengalaman sejarah sebagian masyarakat Indonesia
ternyata telah mengonsumsi pangan selain beras sebagai pangan baku, di
antaranya yaitu gaplek, sagu, jagung, cantel/sorgum, talas dan ubi jalar.
Kemajuan di bidang ekonomi dan teknologi yang dibarengi dengan perbaikan
kesejahteraan, telah menyebabkan pola makan mengristal pada beras,
sedangkan gaplek, jagung, ubi, dan cantel justru menjadi pakan pokok ternak.
Dengan potensi yang ada, khususnya mengenai keadaan , luas wilayah
dan kondisi lingkungannya maka Indonesia mempunyai peluang besar untuk
mewujudkan kemandirian pangannya. Indonesia memiliki keanekaragaman
hayati yang melimpah, bahkan bersama Kongo dan Brasil disebut sebagai
Mega Biodiversity, yaitu negara yang dinugerahi kekayaan alam yang sangat
beragam Salah satu langkah yang bisa dilaksanakan adalah melakukan
diversifikasi pangan dengan mengoptimalkan produk pangan lokal melalui
intensifikasi teknologi pangan, sehingga diharapkan produk pangan tersebut
bisa mengurangi ketergantungan terhadap pangan impor.4
Teknologi pangan mempunyai peranan penting dalam pengembangan
penganekaragaman pangan. Sejauh ini, pemanfaatan pangan lokal hanya
3 UU No 7 Tahun 1996 Tentang Pangan,ibid.
4 Sumaryanto, “Diversifikasi Sebagai Salah Satu Pilar Ketahanan Pangan", Juni 2009, Journal
Departemen Pertanian.