Page 16 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 16
56
Jaman memang sudah berubah, era keemasan agraria perlahan
mulai digantikan dengan gema industrialisasi. Bersamaan dengan
tergusurnya lahan pesawahan untuk dijadikan kawasan industri, beralih
pula profesi sebagian petani. Hal itu merupakan konsekuensi yang
logis, bagaimanapun setiap orang berhak mencari penghidupan yang
lebih layak, memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dan jaminan
sosial yang lebih jelas. Dengan demikian penyediaan fasilitas
pengembangan SDM pertanian, seperti lembaga pendidikan formal
atau non formal, hanya bernilai optimal jika ada nilai tambah yang tinggi
dalam sektor pertanian. Dengan kata lain, upaya peningkatan kualitas
SDM pertanian perlu diimbangi oleh kebijaksanaan khusus menyangkut
peningkatan nilai tambah.
Mengantisipasi keadaan tersebut seyogyanya upaya kita
bukanlah ditekankan pada bagaimana mencegah terjadinya konversi
lahan * pertanian, melainkan perlu difokuskan pada bagaimana
meningkatkan profil petani kita sehingga menjadi petani idaman, yang
orang-orang dan masyarakat umum tertarik untuk menekuninya.Yang
diperlukan adalah menciptakan kondisi semakin terbukanya
kesempatan kerja di sektor pertanian intensif bernilai tambah tinggi.
Profil usaha tani hendaknya merupakan usaha tani yang berskala
ekonomis (economy o f scale), padat modal, serta berorientasi pasar
dengan teknologi baru yang semakin menguntungkan. Penanganan
yang terpadu intensif terhadap hubungan yang melembaga antara
perusahaan besar dan kecil memberikan peluang kepada pesatnya
perkembangan profil usaha tani dimaksud.Perlu dirumuskan pola
kemitraan yang saling membutuhkan dan menguntungkan antara
agribisnis skala kecil, sedang dan skala ekonomi yang lebih
efisien.Pengembangan sentra produksi pertanian yang didasarkan atas
pengembangan pola usaha tani dengan komoditas utama sesuai
dengan keunggulan komparatif, disertai oleh strategi pengembangan
komplek industri hilir di sentra produksi usaha tani yaitu