Page 17 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 17

93

 hilirisasi produk hilir dari Kementerian perindustrian, yang mendukung inovasi dan
 tentunya tidak terlepas dari sarana prasarana yang mendukung, konsistensi dan
 komitmen politik para pemangku kebijakan dan investor untuk menerapkan
 semangat nasionalisme, nilai-nilai Pancasila, dan UUD 1945.

        Keempat, partisipasi dunia usaha dalam peningkatan nilai tambah menjadi
 syarat mutlak. Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian,
 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif membuat skala prioritas program
 untuk hal tersebut. Momentum verifikasi bermacam-macam investasi dalam
 skema Rencana Induk Percepatan Dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
 yang berhubungan dengan pengelolaan lebih lanjut produk primer dan
 pendalaman inovasi produksi perlu dilaksanakan sebaik-baiknya. Serta perlunya
penertiban birokrasi agar tidak bertele-tele dan dipersulit dalam pendataan
persetujuan investasi yang diperolehnya.

        Kelima, Kementerian Komunikasi dan Informasi, Lembaga Penyiaran Publik,
Komisi Penyiaran Indonesia, Komisi Informasi Pusat secara bersama-sama
bersinergi menghimpun pemberitaan dalam rangka merubah paradigm
masyarakat tentang manfaat dan cara pengolahan bahan pangan lokal yang
dianggap “ndeso” dengan paradigm baru yang lebih modern seiring dengan
modernisasi dan era global, tetapi juga tidak perlu menggunakan pandangan yang
menyesatkan dengan mengklasifiikasikan pangan superior, inferior dan modern
atau “ndeso”. Dengan membuat iklan layanan masyarakat yang kreatif, inovatif
dan pro rakyat. Disini perlu pendidikan konsumen dalam memegang peranan
penting dalam upaya mensukseskan penganekaragaman pangan.

       Keenam, peran media massa (wartawan) yang di koordinir oleh dewan pers
telah membantu pembentukan citra pangan lokal bukan lagi sebgai bahan pangan
kuno dan tertinggal, melainkan sebagai pangan eksotis dan berkelas, informasi
tentang pola makan, gaya hidup sehat, potensi pariwisata dan kuliner nusantara.
Media membantu pencitraan terhadap pangan lokal dan mampu meminimalisir
konsumsi pangan global. Termasuk membantu promosi potensi pangan lokal yang
berkualitas dan marketable.

       Ketujuh, kapasitas building para diplomat baik ekonomi maupun atase
perdagangan menjadi keniscayaan, karena daya saing dan masa depan ekomoni
Indonesia setiap hari berhubungan dengan para tokoh bisnis dan pemimpin dunia.
   12   13   14   15   16   17   18