Page 3 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 3
container berkapasitas sekitar 25.000 DWT, panjang rata-rata
180-210 meter dengan kecepatan sekitar 33 knots/jam, daya
angkut mencapai empat kali daya angkut kapal barang biasa
(konvesnsional) dan proses bongkar muat barang lebih cepat.
• Kapal Ro-Ro
Kapal ini merupakan penyempurnaan dari kapal container yang
dilengkapi peralatan dengan roda untuk memudahkan
pengaturan kontainer didalam kapal tersebut, keuntungan dari
angkutan ini adalah waktu muat dan bongkar dapat
dipersingkat.
• Kapal Lash
Merupakan kapal container yang dapat beroperasi sendiri
setelah dilepas dari kapal induknya berupa tongkang-tongkang,
disebabkan kapal-kapal besar tidak dapat ke dermaga karena
keterbatasan dermaga.
• Kapal Dry Bulk Cargo (kapal barang kering curah)
Merupakan kapal yang mengangkut barang-barang curah
seperti batu bara, bijih besi, dan hasil tambang lainnya.
Dalam sektor pelabuhan pada pulau-pulau kecil masih terbatas dalam
pelayanan kapal besar sehingga digunakan kapal SSS (short sea seaping)
karena pada pelabuhan utama harus mampu melaksanakan volume bongkar
muat barang minimal 6.000.000 ton/tahun atau 5.000.000 TEUs/tahun dan
memiliki pusat pertumbuhan ekonomi. Guna mendukung konsep SSS maka
perlu dikaji lebih lanjut tentang rute pelayaran, terkait dengan penyediaan
armada kapal niaga yang memiliki karateristik teknis sbb:
a) Kebutuhan jenis kapal SSS seperti pelayaran rakyat Pelra atau
pelayaran nusantara general cargo ship, large Ro-Ro, smal Ro-
Ro, containers on barge, container ship dll.
b) Kapasitas kapal niaga untuk masing-masing jenis kapal adalah
sbb: general cargo berkisar 1000-5000 ton DWT, kapal ro-ro
1000-5000 GT kapal curah kering 10,000-50,000 ton DWT.
c) Kecepatan kapal niaga yang paling sesuai dengan kebutuhan
SSS Indonesia 10-15 knots
31