Page 15 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 15
27
tersebut masih sangat rendah karena dikalahkan oleh ego kekuasaan para
pemimpin. Proses demokratisasi didominasi oleh politik transaksional,
sehingga muncul kader-kader pemimpin instan yang hanya mengandalkan
kekuatan finansial namun tidak dibekali integritas moral. Kuatnya pengaruh
kekuatan finansial ini justru menjadi rawan disalahgunakan untuk politik-
uang (money politics), y3ng menimbulkan kekhawatiran bahwa partisipasi
politik rakyat akhirnya dapat ‘dibeli’.
Merujuk pada kondisi di atas, maka dapat dipahami bahwa
memimpin pemerintahan dan negara dalam keadaan seperti saat ini
sungguh tidaklah mudah. Bangsa Indonesia memiliki banyak figur
pemimpin yang unggul dari aspek intelektualitas, popularitas, maupun
elektabilitas, namun sangat sedikit di antara mereka yang memiliki karakter
sebagai seorang negarawan. Hanya figur pemimpin yang kuat yang
memiliki perpaduan karakter sebagai manajer, pemimpin (Leader) dan
negarawan (statesman) dengan standar universal, serta memiliki kesetiaan
terhadap wawasan kebangsaan yang tidak diragukan yang akan mampu
mengemban tugas-tugas kepemimpinannya dalam kondisi seperti saat
ini.24
a. Implikasi Peran Negarawan terhadap Partisipasi Politik
Masyarakat.
Pemimpin yang berciri negarawan memiliki kemampuan
extra-ordinary untuk mengarahkan, mengajak dan mendorong rakyat
yang dipimpinnya walau dihadapkan dengan realitas kebhinnekaan.
Demikian pula halnya dalam konteks peningkatan partisipasi politik
masyarakat, maka bangsa Indonesia tentu membutuhkan peran
negarawan yang mampu melakukan perbaikan dengan menciptakan
visi yang inovatif dan mendukung penataan guna memaksimalkan
partisipasi politik sekaligus sebagai penentu arah kebijakan dan
sebagai agen perubahan serta sebagai juru bicara yang baik, juga
sebagai team builder dalam mengawal proses pembangunan agar
hasil-hasilnya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat.
24 Ibid