Page 12 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 12
28
demikian dahsyatnya, ternyata masih kalah dahsyat oleh agensia
biologi (biological agent). Bentuk lainnya adalah sifat Dual Use dari
persenjataan tersebut, sehingga sangat sulit dibedakan apakah
sebagai wabah alami (natural outbreak diseases) atau wabah yang
disengaja yang mungkin dilakukan karena adanya intention untuk
melumpuhkan potensi Indonesia yang memiliki keanekaragaman
hayatinya cukup tinggi (81%).16
Berkaitan dengan senjata biologi, perhatian dari pemerintah
dapat dikatakan masih sangat lemah. Perhatian pemerintah
terhadap berbagai wabah yang telah terjadi memang demikian
besar, seperti terhadap wabah demam berdarah, polio dan flu
burung, namun dalam kaitannya dengan ancaman agensia biologi,
pemerintah masih memandang wabah tersebut tidak secara
komprehensif tetapi hanya dari kacamata kesehatan manusia saja.
Pemerintah belum mewaspadi serangan-serangan penyakit baik
yang menyerang manusia, hewan dan tumbuhan sebagai suatu
potensi negatif yang melemahkan ketahanan nasional. Pada
penanganan teroris, pemerintah kurang memfokuskan pada teror
secara komprehensif, sehingga penanganannya masih belum
terfokus. Sebagaimana diketahui bahwa penanganan teror itu
idealnya tidak hanya menitikberatkan pada si pelakunya, namun
juga peralatan atau perangkat yang digunakan oleh si pelaku,
karena teroris dapat menggunakan sarana apa saja untuk
melancarkan aksinya. Pihak teroris dapat menggunakan sarana lain
yang tidak diperkirakan sebelumnya, seperti halnya kasus WTC 11
September 2001 yang menjadikan pesawat terbang sebagai “rudal.”
Selain kewaspadaan terhadap kemungkinan adanya genetic
weapons, hal lain yang perlu diwaspadai adalah adanya genetic
imperialism atau penjajahan genetik. Yang dimaksud dengan
penjajahan genetik adalah ketergantungan suatu negara terhadap
16 Robert Mangindaan menyampaikan bahwa kekalahan tidak akan terjadi bila salah satu dari tiga
faktor (intention, capability dan circumstance) lawan dapat dihilangkan atau dinolkan. (Jurnal Intelijen
dan Kontra Intelijen Vol. I no. 5 tahun 2005, hal. 24)