Page 14 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 14
44
implementasi Kewaspadaan dini terhadap ancaman CBRN-E belum
terlaksana sebagaimana mestinya, terlihat munculnya berbagai
gerakan atau aksi teror bom dan bencana flu burung yang tidak
sempat dicegah khususnya dalam kurun waktu sepuluh tahun
terakhir.
c. Belum sinerginya penanggulangan ancaman CBRN-E
mengakibatkan lemahnya sistem pengawasan terhadap peluang
masuk dan atau berkembangnya ancaman CBRN-E. Bila
dibandingkan dengan program security dan safety (pengamanan
dan keamanan) yang dikembangkan AS, yang terdiri dari empat
pilar yaitu Threat Awareness, Prevention and Protection,
Surveillance and Detection, dan Response and Recovery, maka
program yang dilaksanakan di Indonesia kurang begitu terklasifikasi
dan tidak ada batas yang tegas antara peningkatan kesadaran
terhadap ancaman, atau pencegahan dan perlindungan,
pengamatan dan deteksi ataukah dalam rangka tahap tanggap
darurat. Program yang dijalankanpun masih bersifat parsial dan
terkesan masing-masing departemen atau lembaga berjalan sendiri-
sendiri. Demikian pula beberapa peraturan masih memfokuskan
pada penanggulangan setelah terjadi, sebagai contoh aturan
penanggulangan KLB, belum terbangunnya aturan komprehensif
terhadap bagaimana sistem deteksi dini yang akan memberikan
tingkat kewaspadaan terhadap munculnya ancaman CBRN-E.
Dalam hal ini aparat intelijen semestinya harus dimasukkan dalam
sistem penanggulangan KLB yang dapat memberikan informasi
yang cepat, tepat dan akurat dengan mempertimbangkan berbagai
aspek terkait.
Di sisi lain terdapat beberapa titik yang sering dijadikan
sebagai jalan masuknya CBRN-E seperti Bandara, alur pelayaran
dan juga wilayah perbatasan yang sangat memerlukan pengawasan
ekstra ketat guna membatasi kemungkinan penggunaan CBRN-E
sebagai alat teror.