Page 10 - Perpustakaan Lemhannas RI

38

menciptakan proses pendidikan yang dapat menghasilkan manusia
yang berkarakter seperti ini.

Kondisi lain lagi, fenomena knowledge economy telah
mendorong para alumni Perguruan Tinggi yang telah bekerja selalu
ingin mengupdate pengetahuan dan ketrampilan. Akibatnya
pendekatan pembelajaran tradisional yang berhenti dalam jenjang
tertentu (sarjana atau pascasarjana) bergeser mengarah pada
pendidikan bersifat sepanjang masa (lifelong education). Evolusi ini
telah memberi tantangan baru bagi Perguruan Tinggi untuk
memenuhi kebutuhan peserta didik yang tidak lagi didominasi oleh
para lulusan baru pendidikan menengah (SMA), namun juga oleh
alumni Perguruan Tinggi yang telah bekerja.

Konsekuensi dari percepatan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi mengharuskan pimpinan mengubah pola
pembelajaran dari orientasi persekolahan ke orientasi belajar.
Perubahan ini menuntut paradigma bahwa peserta didik tidak lagi
diajarkan fakta dan data semata tapi juga belajar tentang cara
belajar, belajar mentransformasikan informasi menjadi pengetahuan
baru dan cara mengaplikasikannya. Juga tidak kalah pentingnya
belajar mencari dan menganalisis informasi serta memecahkan
persoalan. Kini dalam situasi perusahaan memproduksi barang dan
jasa untuk pasar global dan saling berkompetisi dengan perusahaan
asing untuk pasar dalam negeri, terdapat tuntunan yang semakin
meningkat atas kualifikasi calon karyawan yang diakui secara
internasional, terutama dalam bidang manajemen dan engineering.
Perguruan Tinggi ditantang untuk memperbaiki kualitasnya agar
diakui sebagai salah satu world class university.

Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi peran
pimpinan Perguruan Tinggi saat ini diidentifikasi sejumlah kondisi
yang menjadi kekuatan, meskipun diidentifikasi juga kelemahan,
tantangan dan ancaman yang menghendaki perlunya peran
pimpinan ini dioptimalisasi. Namun demikian untuk mendapatkan
gambaran yang lebih komprehensif, integral dan holistik perlu