Page 9 - Perpustakaan Lemhannas RI

37

and development (R&D), karena jenis penelitian ini secara
fundamental diprediksi dapat mendorong daya saing bangsa. Di sini
pimpinan dituntut untuk mengambil kebijakan secara cepat dan
tepat. Apalagi saat ini sumber dana Perguruan Tinggi sangat
tergantung pada kebijakan nasional. Pimpinan perlu bersinergi
dengan pimpinan lain agar kebijakan yang diambil menyentuh
kebutuhan mendasar Perguruan Tinggi. Dalam hal ini diperlukan
pengaruh pimpinan dalam mendorong diterbitkannya regulasi baru
pemerintah untuk menyediakan anggaran bagi penggunaan alokasi
dana langsung untuk jenis penelitian yang memerlukan biaya besar
ini. Selama ini anggaran penelitian jenis ini disediakan pemerintah
dalam bentuk kompetisi nasional. Sejalan dengan ini pimpinan
perguruan tinggipun ditantang untuk membangun kerjasama,
kolaborasi dengan institusi lain karena jenis penelitian ini syarat
dengan penggunaan teknologi, inovasi, kolaborasi peneliti
multidispliner dan networking.

Kondisi lain yang tidak kalah pentingnya juga turut memberi
tantangan bagi harmoninya peran pimpinan Perguruan Tinggi adalah
berlangsungnya perubahan sosial-kultural dan demografi di tengah
masyarakat. Hal ini telah melahirkan masyarakat individualis
(individualisation within society), masyarakat ilmiah (scientification of
society), konsumerisme (consumerism), perubahan pola kebutuhan
(changing demands), dan meningkatnya tuntutan akan akuntabilitas
(increasingly demands accountability). Tantangan ini terutama
disebabkan keterkaitannya langsung dengan pembangunan karakter
manusia yang menjadi tujuan pendidikan, sehingga munculnya
perilaku negatif pada masyarakat seringkali dianggap sebagai
kegagalan Perguruan Tinggi dalam menjalankan fungsinya.

Akibat perubahan kecenderungan kehidupan masyarakat
terutama dalam knowledge economy, peran pimpinan Perguruan
Tinggi ditantang untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia
lulusan dengan kriteria berketrampilan tinggi dan multi talenta.
Dalam hal ini pimpinan Perguruan Tinggi ditantang untuk