Page 12 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 12
26
a. Integritas tokoh masyarakat.
Perkembangan peranan tokoh masyarakat akhir-akhir ini
mengalami pasang surut seiring dengan perkembangan situasi dan
kondisi bangsa dan negara. Pada saat bangsa dan negara sedang
menghadapi perang, konflik dan kerusuhan sosial, maka di daerah-
daerah secara serentak muncul pemimpin-pemimpin informal yang
sangat diperlukan dan dibutuhkan untuk membantu para pemimpin
formal (pemerintah) guna menyelesaikan masalah yang sedang
dihadapi itu. Sebagai contoh adalah ketika beberapa waktu yang lalu
terjadi bentrok di Kota Solo, di mana kemudian sejumlah tokoh
masyarakat menggelar silaturahim antara warga kota ini. Digelarnya
acara tersebut dimaksudkan untuk memberikan propaganda positif
kepada warga Kota Solo mengenai kerukunan antara umat beragama
atau antar warga, juga sebagai upaya untuk menenangkan warga
Solo dan menunjukkan bahwa Kota Solo aman dan tenteram.27 Dalam
acara tersebut dihadirkan KH Hasyim Muzadi, “President o f the World
Conference on Religions for Peace”, memberikan orasi dan
pandangannya mengenai konsep kerukunan. Seluruh elemen
masyarakat Kota Solo diundang dalam kegiatan tersebut, di
antaranya dan warga, Partai Politik, Ormas dan tokoh-tokoh
keagamaan. Hal itu dilakukan mengingat seluruh lapisan masyarakat
bertanggungjawab menjaga kondusivitas, keamanan dan
kenyamanan kota.
Setelah berbagai permasalahan yang menjadi penyebab perang,
konflik dan kerusuhan sosial tersebut berhasil diatasi dan
dipadamkan, serta kondisi dan situasi keamanan dan kehidupan
sosial juga telah berhasil dipulihkan, artinya situasi dan kondisi
bangsa dan negara sudah aman, maka para pemimpin informal
tersebut secara berangsur-angsur menjadi surut atau pudar (namun
tidak mati atau hilang), dan akhirnya tidak lagi diperhitungkan
keberadaannya dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan negara,
27 " Tokoh Masyarakat Solo Gelar Silaturahim Redam Suasana", diakses dari
www.antaranews.com pada tanggal 29 Juni 2012.

