Page 15 - Perpustakaan Lemhannas RI

29

c. Intelektualitas tokoh masyarakat dalam budaya politik
masyarakat.

Kondisi nyata (das sein) yang terlihat di dalam masyarakat
Indonesia adalah mayoritas masyarakat Indonesia menganut budaya
politik yang bersifat parokial-kaula di satu pihak dan budaya politik
partisipan di pihak lain. Sikap ikatan primodalisme masih sangat
mengakar dalam masyarakat Indonesia. Masih kuatnya paternalisme
dalam budaya politik Indonesia menjadikan pola orientasi dan sikap
politik masyarakat bersifat patronage. Hal ini nampak dalam pola-pola
perilaku masyarakat termasuk pula dalam perilaku birokrat dan elite
politik. Di samping itu, pada saat ini perhatian pemerintah terhadap
para pemimpin informal juga semakin memudar atau sangat kurang
sekali. Pemerintah masih kurang menyentuh para pemimpin informal
tersebut untuk dibina untuk membantu tugas dan tanggung jawab
pemerintah dalam pembangunan nasional.

Memasuki era globalisasi yang menghadirkan berbagai
kemajuan teknologi komunikasi, informasi dan transportasi, serta
seiring dengan derasnya pengaruh masuknya budaya asing di negara
Indonesia menjadikan kedudukan kepemimpinan informal semakin
terdesak, fungsinya semakin melemah dan perannya semakin
memudar. Hal ini terjadi karena tokoh masyarakat kurang memiliki
intelektualitas, kurang profesional (capabel), kurang memiliki sifat
kenegarawanan dan nasionalisme yang tinggi. Namun masih terdapat
juga tokoh masyarakat yang masih memiliki nasionalisme tinggi.
Seorang pemimpin yang mempunyai keluasan ilmu, memiliki
kecerdasan dalam berfikir, berakal sehat, serta memiliki kearifan,
akan mampu memimpin dengan bijaksana, toleran dalam perbedaan
serta cerdas dalam mengantisipasi gejolak yang muncul dalam
masyarakat. Sehingga dapat mengembangkan budaya politik
masyarakat Indonesia.

Budaya politik masyarakat lebih didominasi parokial kaula dan
pada sisi lain diikat oleh primordialisme, maka hal ini cenderung tidak
akan membangun demokrasi Indonesia yang konstruktif. Nilai-nilai