Page 12 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 12

52

          diseluruh Nusantara menjadi Kesatuan Raya.35 Bila dirujuk pada
          asalnya, yaitu kitab Sutasoma yang ditulis oleh Empu Tantular pada
          abad XIV, ternyata semboyan tersebut merupakan seloka yang
          menekankan pentingnya kerukunan antar umat dari agama yang
          berbeda pada waktu itu, yaitu Syiwa dan Budha. Dengan demikian,
         konsep Bhineka Tunggal Ika yang lengkapnya berbunyi Bhineka
          Tunggal Ika Tanhana Dharmma Mangrva, merupakan kondisi dan
          tujuan kehidupan yang ideal dalam lingkungan masyarakat yang serba
          majemuk dan multi etnik.36

                    Dari konsep Bhineka Tunggal Ika, diharapkan masyarakat
          Indonesia khususnya para generasi muda dapat memahaminya secara
          merata diseluruh wilayah tanah air, sehingga dalam pergaulan sesama
         anak bangsa dapat menerapkan prinsip demokrasi (democracy) dalam
          kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga tidak perlu lagi adanya
          tindak kekerasan hanya perbedaan suku, agama, ras maupun
         golongan (SARA) karena masing-masing dapat menyadari bahwa
         perbedaan merupakan suatu anugrah Tuhan YME, serta merupakan
         suatu kekuatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan
          bangsa, bila hal tersebut dapat terlaksana maka dapat memantapkan
         pendidikan politik sehingga dapat pula meningkatkan ketahanan
         nasional bangsa.

         b. Konsep Persatuan dan Kesatuan.
                   Persatuan dapat diartikan sebagai gabungan (ikatan atau

         kumpulan) beberapa bagian yang sudah bersatu, sedangkan Kesatuan
         ialah keesaan, sifat tunggal, atau keseutuhan.37 Sebutan persatuan
         bangsa berarti “gabungaan suku-suku bangsa yang sudah bersatu”.
         Dalam hal ini, masing-masing suku bangsa merupakan kelompok
         masyarakat yang memiliki ciri-ciri tertentu yang bersatu.
         Penggabungan dalam persatuan bangsa, masing-masing suku bangsa

35 Hidayah, Yulyani 1997, Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia.
36 Ibid.
17W.J.S. Poerwadarminto 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17