Page 15 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 15
55
bangsa Indonesia sehingga dapat mendorong komitmen
penyelenggara negara untuk mengurangi kesenjangan (commitment to
reduce inequality) dimasing-masing kelompok masyarakat dan daerah,
sehingga dapat memperkokoh ketahanan nasional.
d. Konsep Tanah Air (Geopolitik).
Muh. Yamin dan Bung Karno, dalam sidang BPUPKI pada
tahun 1945 telah membicarakan konsep geopolitik. Berkaitan dengan
hal itu, Bung Hatta dkk. (1980) memberikan komentar antara lain,
"Bung Karno mempergunakan dalil-dalil teori Geopolitik, khususnya
Blut-Und-Boden Theorie, ciptaan Karl Househofer. Teori ini sebetulnya
sendi bagi politik imperialisme Jerman, tetapi sangat menarik pula bagi
kaum Nasionalis Asia dan Indonesia, khususnya untuk membela cita-
cita kemerdekaan, persatuan bangsa, dan tanah air. Dua puluh tahun
kemudian, yaitu pada tahun 1965, Bung Karno dalam pidatonya yang
berjudul Susunlah Pertahanan Nasional Bersendikan Karakteristik
Bangsa, pada waktu peresmian berdirinya Lemhanas, antara lain
menyatakan, “Mengetahui hasil ilmu Geopolitik yang pada pokoknya
mula-mula saya baca didalam kitabnya Karl Houshofer, Die Geo-politik
des Pazzivischen Ozeans, Geo-Politik dari samudra pasifik, kalau mau
mengetahui bagaimana suatu bangsa dijadikan besar, harus
mengetahui geopolitik bangsa itu ."41
Pada perkembangan selanjutnya, konsep geopolitik semakin
banyak mendapat perhatian dalam kaitannya dengan upaya
pengembangan kemampuan untuk mempertahankan persatuan dan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah nasional. Konsep geopolitik
bagi Indonesia menjadi aktual bila dihubungkan dengan kesadaran
akan posisi geografis wilayah Indonesia, kepentingan atas integritas
nasional dalam kondisi geografi yang terpecah belah, pengambilan
peran dalam kawasan regional dan antisipasi ancaman kekuatan asing
41 Lemhanas, 2012, Geopolitik dan Wawasan Kebangsaan.

