Page 15 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 15
31
namun hal tersebut belum memberi hasil yang maksimal terlihat dari masih
tingginya angka pengangguran yang ada saat ini.
Disamping akibat dari ketidak mampuan pemerintah untuk menyediakan
lapangan pekerjaan, maka terjadinya krisis global yang melanda negara-
negara Eropa dan Amerika yang berimbas pada negara-negara lain di dunia
termasuk Indonesia telah mengakibatkan terjadi pemutusan hubungan kerja.
Sementara itu untuk mengatasi penggaguran, maka diperlukan pemikiran baru
untuk meningkatkan kemampuan kewirausahaan dikalangan tenaga kerja
produktif tersebut agar mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
Namun untuk mewujudkan hal tersebut tidaklah mudah mengingat masih
lemahnya kemampuan kewirausahaan dikalangan pemuda saat ini. Kelemahan
ini disebabkan oleh terbatasnya pembelajaran kewirausahaan yang hanya
diberikan di beberapa kelas dan jurusan saja, serta terbatasnya kegiatan
praktek atau penerapan kewirausahaan di sekolah maupun perguruan tinggi.
Oleh karena itu bila dilihat dari kemampuan kewirausahaan dari golongan
pengangguran terdidik tersebut saat ini dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Pola pikir tradisional. Orang tua mahasiswa umumnya menghendaki
anaknya menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi hingga menjadi
anak yang pandai, cepat selesai, dan setelah itu menjadi pegawai negeri
atau swasta, berumah tangga, meniti karir sampai jenjang yang paling
tinggi, dan akhirnya menikmati pensiun pada hari tua. Pola pikir seperti ini
dapat menambah jumlah pengangguran karena kurangnya atau
terbatasnya lapangan kerja yang tersedia.
2) Kurangnya motivasi dan antusias. Pada umumnya, motivasi yang
dimiliki oleh para mahasiswa yaitu motivasi untuk menjadi pegawai negeri.
Motivator motivasi ini adalah orang tua dari mahasiswa itu sendiri. Saat ini
masih sedikit jumlah motivator yang dapat mendorong seorang mahasiswa
untuk menciptakan lapangan kerja.

