Page 9 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 9
39
cepat diketahui dalam hitungan detik. Ideologi yang berkembang di negeri
lain, sosial budaya, gaya hidup (life style), demo, tuntutan suatu masyarakat
di negeri lain, dapat masuk di ruang publik seketika itu juga, sehingga terjadi
benturan budaya dan faham dengan budaya dan faham yang ada di negeri
ini. Konflik yang terjadi di Poso, Ambon, Bima, Solo, atau tempat lain di
Indonesia tidak dapat ditutupi, sehingga sentimen agama, etnis, dan
golongan akan cepat mengetahui peristiwa yang terjadi. Perang di ruang
publik (public war) yang menang tergantung seberapa jauh daya tangkal
yang dimiliki masyarakat Indonesia terhadap pengaruh lingkungan tersebut.
Hal ini jika dilihat dari prespektif ketahanan nasional maka aspek ideologi
dan sosial budaya akan terganggu dengan adanya informasi publik yang sulit
dibendung dan diseleksi.
e. Belum optimalnya dukungan masyarakat terhadap pencegahan
aksi terorisme.
Masyarakat Indonesia masih banyak yang tidak peduli apa yang terjadi
di lingkungannya, terutama di perkotaan. Sehingga apa yang terjadi di
lingkungannya masyarakat tidak tahu, dan tidak mau tahu. Orang-orang yang
melakukan baiat, atau menyebarkan faham agama yang keliru kepada calon
pelaku tindak pidana terorisme, dan orang-orang yang sedang membuat bom
kadang lepas dari perhatian tetangganya. Peran RT RW dan tomas dan toga
belum optimal membantu pencegahan aksi terorisme. Biasanya ketahuan
setelah pelaku melakukan aksinya, rumah pelaku ditemukan bom, pelaku
melakukan bom bunuh diri, atau setelah pelaku ditangkap oleh Polisi, baru
masyarakat sekitarnya mengetahui kegiatan tetangganya. Masyarakat belum
menjadi Polisi atas dirinya sendiri, dan belum mengetrapkan nilai
kegotongroyongan dalam hubungan antar masyarakat, sebagai salah satu
nilai-nilai Pancasila, sehingga akan mengganggu ketahanan nasional bidang
hankam.

