Page 13 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 13
37
implikasi kebijakan yang diperlukan, sehingga pada akhirnya belum
konsisten menopang penguatan ketahanan ekonomi nasional. Bahkan
ketidaktepatan dalam memahami esensi antar dayasaing (competitive
advantages) dan keunggulan komparatif (comparative advantages)
sesungguhnya telah mengancam nasib pengembangan industri dasar dan
strategis (indastra) Indonesia, terutama terkait dengan pengembagan
industri pertahanan dan keamanan, dalam berbagai upaya peningkatan
SCA industri manufaktur domestik secara keseluruhan yang pada gilirannya
mempengaruhi ketahanan nasional.
Tingkat dayasaing industri manufaktur domestik pun kini selalu mulai
dilihat melalui hasil analisis indeks dayasaing yang dikeluarkan oleh
berbagai lembaga internasional21. Dari Global CEO Survey22 yang
dilakukan Deloitte Touche Tohmatsu Limited and U.S. Council (DTTLUC)
menyimpulkan bahwa “Country manufacturing competitiveness index
rankings, Executives believe China leads overall and emerging markets will
become more competitive in the near future” dan menunjukkan peringkat
Indonesia rata-rata membaik selama lima tahun terakhir dengan peringkat
yang lebih tinggi dari pada kondisi yang ada di tahun 2012 (lihat Lampiran
3, Tabel L-5). WEF dan berbagai penelitian sebelumnya juga
menyimpulkan bahwa di tataran ekonomi mikro, sektor industri di Indonesia
masih rendah dalam hal efisiensi teknis dan masih rendahnya iklim
persaingan usaha dengan ditunjukkan melalui tingkat konsentrasi industri
yang tinggi di sektor industri manufaktur dengan rata-rata CR-4 di atas
0.523, yang menunjukkan suatu tingkat persaingan yang lebih monopolistik
menuju pada oligopolistik24.
Terkait dengan permasalahan di tingkat makro, beberapa indikator
ekonomi makro seperti inflasi, exchange rate dan peringkat kredit negara
(country credit rating) masih buruk jika dibandingkan negara-negara
ASEAN lainnya walaupun lingkungan ekonomi makro Indonesia secara
keseluruhan relatif sudah membaik. Meskipun kini masih terjadi dilemma
^Setiawan. et.al.2012a dan b.
^Deloitte Touche Tohmatsu Umited and U.S. Council on Competitiveness. 2013. Global Manufacturing
Competitiveness Index.
a C R -4 diukur dari rasio 4 perusahaan terbesar yang menguasai pangsa pasar (lihat Martin, 1993).
24Struktur persaingan industri domestik belum mengalami perbaikan sejak era Orde Baru (lihat Hill, 1995; dan,
Karseno, 1996).

