Page 6 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 6
32
Tabel 2.1. Evaluasi Sepuluh Rekomendasi Kebijakan Perdagangan
_______Intemasional: Paradigma Perfect Competition.__________
No. Catatan Rekomendasi Teoritis ke Implikasi kebijakan/Komentar
1 Intensitas dan volume perdagangan Volume perdagangan Utara-Utara dan Selatan-Selatan
akan lebih tinggi antara negara yang (NSB dan NSB) rendah.Tapi fakta sebaliknya terjadi dengan
m em iliki perbedaan struktur ekonomi meningkatnya volume perdagangan pola in tra -in d u stry
(SKA-SDM) yang besar, yaitu antara trade (IIT), yaitu ekspor-impor dalam industri/komoditi
Negara Maju dan NSB (Utara-Selatan), sejenis antara Utara-Utara. Bagaimana pola perdagangan
pola arus perdagangan intem asional seperti IIT ini antar Selatan-Selatan, AEC-2015 dan ACFTA?
adalah in te r-in d u s try trade (IT) dengan Tercipta trade imbalance dan protection akan berimplikasi
keunggulan kom paratif. pada ACFTA dan AEC-2015.
2 M anfaat (gains) perdagangan Kebenarannya diragukan hingga selalu memunculkan
intem asional lebih besar apabila banyaknya opponents terhadap eksistensi WTO, terutama
dilakukan antara negara yang m em iliki akibat munculnya sikap double-standard Negara Maju
struktur perekonomian yang sangat terhadap NSB melalui pembahasan trade facilitations and
berbeda. Perdagangan Utara-Selatan arrangements seperti memasukkan masalah lingkungan,
akan memberi manfaat yang besar. child labor dan global warming (Zampetti, 2006).
3. Perdagangan menyebabkan berbagai IT=Komoditas ekpor berbeda dengan yang diimpor.
Negara lebih berspesialisasi dalam Tetapi sebaliknya kenyataan menunjukkan tingginya volume
produksi m enurut keunggulan kom paratif perdagangan dengan pola intra-industry trade. Amerika dan
yang d im iliki dan m engekspor barang Jepang (Utara-Utara), bersamaan mengekspor dan
atau industri yang berbeda dengan mengimpor industri atau komoditas sejenis, misalnya mobil
barang/industri yang diim por. Dengan (Ford dan Toyota) dan tentu Indonesia-pun secara
kata lain, p o la perdagangan adalah bersamaan mengekspor dan mengimpor barang industri
in te r-in d u s try trade (HT). makanan sejenis dan sebagainya (Yunus Zain, 1993).
4. Kategori negara besar dalam konteks Dengan ta riff im port, negara kecil dapat memperbaiki terms
pasar dunia- seharusnya pro- o f trade-nya, apabila negara ini diyakini memiliki bargaining
perdagangan bebas, dan sebaliknya power yang cukup. Implikasi penting selanjutnya adalah
negara dengan pasokan ke pasar dunia “perdagangan bebas” akan selayaknya terjadi hanya pada
yang re la tif kecil- seharusnya lebih perdagangan antara Utara-Utara, jika NSB belum memiliki
cenderung melalukan perang tarif. dayasaing pada tingkta innovation driven.
5. Kebijaksanaan perdagangan seharusnya NSB melakukan pembatasan impor untuk alasan
adalah dalam bentuk hambatan keseimbangan neraca perdagangan dibandingkan tujuan
perdagangan -proteksi im por demi mensubsidi industri demi promosi ekspor. NICs Asia justru
secara dom estik dapat mengembangkan melakukan sebaliknya, yaitu menerapakan strategi
strategi idustrialisasi substitusi im por- industrialisasi promosi ekspor. Dan perdagangan Utara-
dibandingkan dengan untuk menopang Selatan menunjukkan bahwa Utara melakukan hambatan
pengembangan strategi industri prom osi perdagangan. Utara melakukan pembatasan guna
ekspor. mengontrol harga demi memperbaiki terms o f trade-nya.
6. Negara seharusnya m engekspor barang Anomali prediksi teori ini pertama kali diperiihatkan oleh
yang menggunakan secara intensif Leontief Paradox terhadap “ekspor Amerika* yang terbukti
sumberdaya produktif yang relative lebih intensif tenaga kerja (skilled) padahal Amerika sangat
berlimpah atau murah. dikenal memiliki ‘modal* yang lebih berlimpah.
7. Perdagangan bebas seharusnya dapat Ini tidak akan mungkin terjadi pada perdagangan antara
menyamakan harga faktor (factor price negara yang sama sekali berbeda faktor endowment-nya
equalisation)-m enyam akan tingkat (berbeda struktur ekonominya seperti antara Utara-Selatan).
kesejahteraan- antar negara yang Kesamaan dalam penerapan teknik produksi (teknologi) juga
m em iliki s tru k tu r endowment digunakan sebagai pengganti kesamaan endowment. Jacfi,
(sumberdaya produktif) yang re la tif sama sebenamya ide perdagangan bebas Utara-Selatan dengan
(Utara-Utara atau Selatan-Selatan) dan harapan guna menyamakan tingkat kesejahteraan adalah
penyamaan harga faktor produksi (upah kurang relevan, jika masih terjadi perbedaan besar dalam
m isalnya). hal struktur ekonomi.
8. Identifikasi terhadap interest-group Dengan model faktor spesifik, Ricardo-Viner ini, proteksi
domestik yang melakukan lobi untuk sebaiknya tidak dilakukan atas dasar pertimbangan sektor
proteksi didasarkan atas faktor produksi (industri) tertentu, melainkan berdasarkan kelompok *interest
yang dapat m enghasilkan pendapatan siapa saja" yang akan dipentingkan oleh negara seperti
lebih tinggi dibandingkan dengan antara kelompok pemilik modal (konglomerat) atau kelompok
identifikasi m elalui basis industri. pekerja (UKM).
9. Investasi intem asional seharusnya Prediksi teoritis inilah mendorong masuknya PMA (FDI) di
distim ulasi oleh perbedaan dalam faktor NSB yang dinilai memiliki tenagakeija murah atau SKA yang
endowmnet. berlimpah.
10. Perdagangan dan investasi seharusnya Pada dasawarsa 50-60an sampai dengan awal 70an,
berkorelasi yang negatif, yaitu apabila prediksi inilah yang mengarahkan datangnya PMA (FDI) di
volume perdagangan menurun akibat NSB beroperasi pada sektor industri substitusi impor yang
adanya proteksi. maka investasilah (FDI) dilindungi dengan proteksi; alasanya membangun infant
yang m eningkat. industry nasional, bukannya pada industri promosi ekspor.
Sumber: Greenaway (1985); Yunus Zain (1993 dan 2011), Choi and Harrigan (2003), Zampetti (2006).

