Page 6 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 6
22
bangunan atau bukit penyelamatan disertai rute-rute
evakuasi. Menyediakan zona penyangga (buffer zone) untuk
mengurangi energi gelombang tsunami.
2) Sistem informasi dan keteknikan: Mengembangkan
sistem Early Warning System/ EWS (peringatan dini) dan
Warning Center (pusat peringatan). Memperkuat bangunan
agar tahan dari terjangan gelombang/arus yang kuat dengan
fondasi struktur yang dapat dikonstruksikan menahan erosi
dan penggerusan oleh arus. Menggunakan struktur penahan
gelombang air laut, antara lain seperti (Seawall, Sea Dikes,
Breakwaters, dan River Gates) untuk menahan atau
mengurangi tekanan tsunami.
3) Pendidikan dan pemberdayaan masyarakat:
Melangsungkan pendidikan umum tentang tsunami, dengan
mempertimbangkan bahasa dan budaya lokal. Menjalankan
skenario gladi evakuasi tsunami. Untuk daerah yang tidak
memiliki jaringan komunikasi modern, penduduk setempat
perlu diajarkan untuk mengenali tanda tsunami serta tindakan
yang diperlukan. Informasi yang perlu disampaikan.
Seperti disebutkan pada butir pertama di atas, ada tiga
kategori kawasan yang perlu mendapat perhatian khusus dalam
aplikasi manajemen risiko bencana tsunami. Pertama; kawasan
rawan tsunami, yaitu kawasan yang memiliki kemungkinan tinggi
terkena tsunami. Kawasan rawan tsunami dapat dilihat dari data
seismisitas, struktur geologi, percepatan tanah puncak (peak ground
acceleration) dan sebagainya. Kedua; kawasan rentan bencana
tsunami, misalnya kawasan berkepadatan penduduk cukup tinggi
ditepi pantai (tempat berkonsentrasi permukiman) dan kawasan
yang memiliki fasilitas umum/ sosial dan infrastruktur yang vital
seperti bandara, pelabuhan, sekolah, rumah sakit yang berada
ditepi pantai dan sebagainya. Ketiga; kawasan risiko bencana
tsunami, berupa hasil tumpang tindih (overlap) dari kedua kategori

