Page 3 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 3
19
“kepemimpinan informal” yakni kepemimpinan yang dilakukan bukan
atas pengangkatan, tapi cenderung diakui dan ditaati oleh orang-
orang yang dipimpinnya.15 Pemimpin informal mendasarkan
kepemimpinannya pada kepercayaan yang diterima dari orang-orang
di sekitarnya. Tentunya bisa terjadi bahwa pemimpin formal juga
merupakan pemimpin informal.16 Apalagi dalam sebuah masyarakat
demokratis, para pemimpin informal ini memiliki legitimasi dari
masyarakat untuk dijadikan pemimpin formal (mendapat legalitas dari
pemerintah) melalui mekanisme demokratis, yaitu pemilihan umum
yang jujur.
Pemimpin informal adalah seseorang yang tidak mendapatkan
pengakuan formal dari masyarakat sebagai pemimpin, namun karena
ia memiliki sejumlah kualitas unggul. Dia mencapai kedudukan
sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan
perilaku suatu kelompok atau masyarakat. Landasan dari
kepemimpinan informal adalah tidak resmi dan memiliki daya cakup
yang luas tanpa batas-batas resmi. Ukuran benar tidaknya didasarkan
pada tujuan dan hasil pelaksanaan kepemimpinan tersebut yang
dipandang dapat menguntungkan atau merugikan masyarakat. Ciri-
ciri Kepemimpinan Informal sebagai berikut: 1) Tidak memiliki
legitimasi; 2) Masyarakat tetap menunjuk dan mengakuinya sebagai
pemimpin selama kelompok masyarakat itu masih menerimanya; 3)
Tidak mendapat dukungan dari organisasi formal; 4) Tidak
mendapatkan imbalan jasa jika melakukan kesalahan, sanksinya
hanyalah berupa sanksi sosial.
d. Teori Konflik Sosial
Teori konflik dapat dipahami melalui perspektif sosiologi. Dalam
hal ini, teori konflik merupakan antitesis dari teori fungionalisme*01
15 Sabiqul Khair Syarif. 2005. Reformulasi Kepemimpinan Nasional di Tengah Arus
Tuntutan Demokratisasi Masyarakat Lokal. Him. 10 http://fis.uii.ac.id/imaaes/al-mawarid-
edisi-xiii-2005-04-svarif.pdf Diakses pada 22 Juni 2014 pukul 06.15
10Arief Budiman. 2006. Kebebasan, Negara dan Pembangunan: Kumpulan Tulisan 1965 -
2005. Jakarta : Pustaka Alvabet. Him. 27

