Page 5 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 5

21

Failure of Social Control akiabt agen yang ditugaskan untuk
emlakukan kontrol sosial tidak berjalan dengan baik.

        Peran pemimpin dalam mengarahkan perilaku kolektif tersebut
sangat ditentukan oleh bentuk dari perilaku kolektif yang terbentuk.
Secara deskriptif, Milgram (1977) melihat kerumunan (crowd) sebagai
(1) sekelompok orang yang mulai membuat suatu bentuk baru (seperti
lingkaran), (2) jumlahnya semakin lama semakin meningkat, (3) mulai
membuat suatu bentuk baru (seperti lingkaran), 4 (memiliki distribusi
diri yang bergabung pada suatu saat dan tempat tertentu dengan
lingkaran (boundary) yang semakin jelas, dan (5) titik pusatnya
permeable dan saling mendekat. Dalam kondisi demikian, pemimpin
merupakan tokoh yang dapat menjalankan peran manajemen isu dan
mobilisasi massa sehingga dapat mennghadirkan kesadaran kolektif
guna memanajemen potensi konflik yang ada dalam perilaku kolektif
yang terbentuk.

f. Teori Manajemen Konflik Spiral
       Menurut Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin, manajemen konflik

spiral mengandaikan konflik sebagai sebuah eskalasi dari lingkaran
setan (vicious circle). Tindakan dari salah satu pihak memprovokasi
tindakan balasan oleh sisi lain, yang pada akhirnya mendorong
peningkatan pembalasan dari pihak yang pertama. Demikian pula
dengan tindakan salah satu pihak bertahan (defensif) dapat
dipandang mengancam oleh sisi lain. Respons pertahanan yang
mereka tawarkan pada gilirannya dilihat sebagai ancaman oleh pihak
pertama. Dalam model spiral ini, Pruit dan Rubin mengilustrasikannya
ke dalam tiga proses: eskalasi, jalan buntu (stalemate), dan
penyelesaian (settlement).

       Jika konflik sosial dipandang sebagai sebuah proses
peningkatan (ekskalasi) yang bergerak secara spiral, maka peran
pemimpin informal dalam konteks tersebut adalah menjadi pihak yang
memberikan solusi (problem solver) setelah terjadi jalan buntu dalam
proses penyelesaian masalah. Aktor informal inilah yang akan
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10