Page 3 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 3

69

  luhur bermasyarakat, kebaikan sosial, kedemokratisan,
  kereformisan paradigma sosial dan sebagainya termanipulasi.

          Media massa baik cetak maupun elektronik memiliki peran
  yang sangat besar dalam penyelesaian konflik. Jangankan untuk
  menyelesaikan konflik, untuk menjatuhkan rezim otoritarianisme
  saja media mampu melakukannya. Fakta dualisme koran di
  pandang sebagai sarana membuat kekacauan maka koranpun
  dapat di gunakan sebagai sarana membangun perdamaian.
 Dualisme peran media seperti ini, sering tidak bisa berjalan
 beriringan atau ada salah satu yang ditinggalkan. Kemudian
 adanya kenyataan seperti ini memaksa pihak-pihak yang punya
 power dan akses ke kekuasaan untuk memanfaatkan media bagi
 kepentingannya. Kondisi ini menyebabkan media memiliki
 dualisme peran yang bertolak belakang. Pertama, mencoba
 memolopori penyelesaian sebuah konflik atau benturan
 kepentingan. Kedua, merangsang pihak-pihak yang memiliki
 basis permusuhan kultural untuk mengencangkan konflik
 mereka. Praktis akibat dua peran antagonik ini membuat media
 menerima tudingan-tudingan dan kritikan negatif.

        Disamping peran diatas, ada beberapa peran alternatif
yang bisa dimainkan oleh media dalam meliput atas memediasi
sebuah konflik.

        Pertama, sebuah media hendaknya tidak mengobarkan
apa yang penulis istilahkan dengan “bara api permusuhan”
(memprovokasi) bahkan peperangan, tetapi menyiramkan
semacam “air perdamaian”. Paradigma bahwa ,lbad news is
good news’’ harus dikesampingkan pada konteks penanganan
konflik sosial. Lain hal ketika mengangkat pemberitaan lain yang
memiliki nilai komersil dan bernuansa hiburan bagi masyarakat.

       Kedua, menjadi saluran alternatif penyampaian
pernyataan-pernyataan (media komunikasi) yang mendamaikan
dari kedua belah pihak, khususnya tentang adanya keinginan*
dan peluang dari para pihak yang bersengketa untuk berdamai.
   1   2   3   4   5   6   7   8