Page 7 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 7
35
perang dunia sebelumnya dibagi dalam dunia kesatu, kedua, ketiga
dan keempat maka penggolongan itu tidak lagi berlaku. Adalah
lebih tepat untuk tidak mengelompokkan negara-negara dari sudut
sistem politik, sistem ekonomi atau dari sudut tingkat ekonominya
melainkan dari sudut kebudayaan dan peradabannya. Dari buku
tersebut dapat dianalisis bahwa perang ke depan tidak lagi dengan
melakukan invasi secara fisik melalui kekerasan bersenjata tetapi
justru melalui pendekatan sosial budaya, ekonomi maupun politik.
Perubahan politik dunia yang demikian konfrontatif akan semakin
sulit dideteksi oleh setiap negara termasuk Indonesia, karena
ancaman yang ditimbulkan lebih banyak bersifat abstrak dan
langsung mengarah pada mental dan perilaku masyarakat sehingga
rasa nasionalisme kian menipis yang lambat laun akan hilang. Sifat
gotongroyongan yang selama ini menjadi budaya bangsa semakin
lama semakin luntur, yang muncul sifat individualist dan konsumtif.
Kondisi ini tentunya akan berpengaruh terhadap pembangunan
pulau-pulau terluar.
c. Perekonomian dunia. Di era globalisasi saat ini, tidak
ada lagi batas-batas yang jelas antara negara-negara di dunia.
Dahulu, sesuai dengan sikap dasarnya, rakyat Indonesia dengan
tangan terbuka menerima masuknya pengaruh budaya Hindu, Islam,
serta masuknya bangsa Barat yang akhirnya melahirkan
kolonialisme. Pengalaman pahit berupa kolonialisme sangat tidak
menyenangkan kembali terulang di masa kini dengan versi yang
berbeda. Patut diingat bahwa pada zaman modern sekarang ini
wajah kolonialisme dan imperialisme tidak lagi dalam bentuk fisik,
tetapi dalam wujud lain seperti penguasaan di bidang politik,
ekonomi maupun sosial budaya. Meski tidak berwujud fisik, tetapi
penguasaan politik dan ekonomi nasional oleh pihak asing akan
berdampak sama seperti penjajahan pada masa lalu, bahkan akan
terasa lebih menyakitkan. Namun demikian dalam pergaulan dunia
yang kian global, bangsa yang menutup diri rapat-rapat bisa

