Page 5 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 5
sebuah budaya elit yang mengizinkan penggunaan kekerasan terhadap
kaum sipil (warganya); dan 3) tindak kekerasan warga masyarakat dapat
meluber menjadi penggunaan kekerasan untuk tujuan politik, khususnya
dalam bentuk terorisme.13 Menurut Lyod Pettiford dan David Harding,14
terorisme jarang terjadi pada masyarakat yang kekerasan tidak menjadi
bagian dari tradisi dan kebudayaan politik. AM Hendropriyono, dalam buku
“Terorisme, Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam/’ mengatakan bahwa “
aktif atau pasifnya kegiatan terorisme yang timbul tenggelam, tergantung
kepada kondusif atau tidaknya leingkungan masyarakat yang menjadi
‘habitat’-n y a .”15
Jika teori kultural ini dikaitkan dengan fenomen terorisme di Indonesia
maka kultur kekerasan yang terdapat dalam masyarakat menjadi salah satu
faktor penyebab mudahnya pengaruh ideologi radikal dan aksi-aksi
kekerasan berbentuk teror di negeri ini. Kultur kekerasan yang sudah
mengakar dapat melegitimasi teror sebagai jalan untuk melakukan
perlawanan terhadap apa yang dianggap sebagai ketidak adilan atau
penindasan yang dilakukan oleh pemerintah atau negara serta
memperjuangkan kepentingan, atau ajaran agama yang dianggap paling
benar.16 Dengan demikian, faktor lingkungan budaya sangat penting untuk
diperhatikan dalam memahami akar masalah terorisme di Indonesia
sehingga upaya penanggulangannya pun akan lebih komprehensif.
10. Tinjauan Pustaka
a. Peter R. Golose, dalam bukunya “Deradikalisasi Terorisme: Humanis,
Soul Approach dan Menyentuh Akar R um puf menyebutkan bahwa program
deradikalisasi berupaya “melepas ideologi-ideologi dari dalam diri teroris,
^Mullins, Christopher dan Young, Joseph K, "Cultures of Violence and Acts of Terror: Applying a
Legitimation-Habituation Model to Terrorism." Crime and DeUquency, XX (X), haL 4.
14Pettiford, Loyd dan Harding, David. Terrorism: The New World War. London: Bookmart Limited, 2003, hal.
3.
15Hendroprikono, AM . Terorisme: Fundamentalis Kristen, Ya h u d iIsla m . Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara, 2009, hal. 432.
16Kasus kekerasan atas nama agama sudah lama terdapat di Indonesia, misalnya kasus perang Paderi di
Sumatera Barat pada abad ke IS . Lihat Wahid, Abdurrahman (ed). Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan
Islam Transnasional di Indonesia. Jakarta: The Wahid Institute, 2009.
21

