Page 10 - Perpustakaan Lemhannas RI

B A B III
KONDISI PENGEMBANGAN DAN SOSIALISASI PROGRAM
DERADIKALISASI Dl LINGKUNGAN MASYARAKAT SIPIL INDONESIA SA A T
INI, IMPLIKASINYATERHADAP KETAHANAN IDEOLOGI MENGHADAPI

ANCAMAN TERORISME DAN KETAHANAN NASIONAL,
SERTA PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

11. Umum.

Aksi-aksi terorisme yang terjadi di Indonesia ditengarai meningkat secara
kuantitatif maupun kualitatif setelah reformasi bergulir. Menurut data yang
dihimpun oleh harian nasional Kom pas, terorisme yang berlatar belakang agama
yang terjadi pada tahun 2000 sampai 2009 telah men elan korban jiwa sebanyak
286 orang dan melukai lebih dari 700 orang.1 Ini belum termasuk korban aksi
terorisme sepanjang tahin 2010 dan 2011 yang semakin menambah daftar
panjang yang ada. Dapat dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu korban
aksi terorisme internasional yang paling besar, di luar negara-negara Tim ur
Tengah dan Asia Selatan seperti Afghanistan dan Pakistan. T a k dapat dipungkiri,
teror yang paling tragis adalah bom Bali I (2002), bom kantor Kedutaan Besar
Australia (2004), bom Bali II (2005), dan bom Hotel J W Marriott dan Ritz-Carlton,
Jakarta (2009) yang kesemuanya menjadi topik berita di seluruh penjuru dunia.

T a k berhenti di situ saja, temyata kekerasan dengan alasan agama yang
menelan korban jiwa dan harta masih terjadi dengan bentuk yang berbeda-beda,
seperti kasus Cikeusik, Pandeglang (yang melibatkan penganut jamaah Ahmadiah
sebagai korban), kekerasan di Tem angggung (yang melibatkan pembakaran dan
perusakan Gereja), dan insiden pegiriman bom-bom buku, serta bom bunuh diri di
Masjid Mapolres Kota Cirebon. Bahkan menjelang perayaan Paskah 2011,
ditemukan bom -bom yang siap meledak di daerah Bumi Serpong Damai (B S D ),
Tangerang, yang seandainya tidak segera ditemukan, bisa menelan korban ribuan
korban para jemaah Gereja Katedral Kristus yang ada di lokasi bom. Menurut

1Dikutip dalam Golose, Petrus R. Deradikalisasi Terorisme: Humanis, Soul Approach, dan Menyentuh Akar
Rumput. Jakarta: YPKIK, 2010, hal. 42-43.

24