Page 8 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 8
78
1) Adanya mispersepsi dan tudingan bahwa perang
melawan terorisme adalah perang melawan Islam.
2) Adanya kesan bahwa negara maju menerapkan
standar ganda dalam menghadapi terorisme. Pandangan ini
merujuk pada sikap negara maju dalam penanganan konflik
berlarut-larut di Timur Tengah. Persepsi terhadap kondisi ini
sekaligus merupakan motif paling signifikan bagi maraknya
aksi teror yang berbasis pada fundamental’^ garis keras serta
kelompok-kelompok radikal militan di berbagai negara.
3) Adanya kesan yang cukup kuat bahwa langkah-
langkah operasional penindakan terhadap aksi teror
merupakan skenario yang dipaksakan oleh negara-negara
maju kepada negara lemah dalam bidang politik, ekonomi,
militer dan teknologi. Dan oleh karenanya setiap hasil
investigasi hanya sekedar upaya pembenaran skenario asing
dan proses peradilannyapun dipaksakan menuruti ketentuan
hukum yang telah didesain untuk melindungi kepentingan
negara maju.
4) Adanya trauma masa lalu berdasarkan pengalaman
bahwa aparat keamanan dan sistem hukum yang berlaku
untuk menangani terorisme hanya merupakan alat kekuasaan
otoriter militeristik untuk kepentingan mempertahankan
kekuasaan yang anti demokrasi dan melanggar HAM, serta
membungkam hak-hak sipil, hak-hak politik masyarakat dan
memasung kreatifitas serta menimbulkan keengganaan
masyarakat untuk berpartisaipasi dalam proses politik.

