Page 3 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 3

33

           senang menggunakan cara-cara manual sehingga tidak dapat
           terdeteksi kecurangan dan penyimpangan yang dilakukan
           sehingga praktek kolusi dan nepotisme masih terus
           berlangsung.

           5) Profesionalitas pegawai negeri pada lapis menengah
          kebawah yang relatif masih rendah, sistem merit yang belum
          dioperasionalkan secara benar dan remunerasi yang belum
          efektif, yang berimplikasi terjadinya kolusi dan nepotisme yang
          pada akhirnya melakukan penyimpangan seperti korupsi.

c. Sistem kelembagaan dan tata laksana pemerintahan.

         Sistem kelembagaan dan tata laksana pemerintahan baik di
pusat, daerah maupun kabupaten yang tidak efektif dan efisien
cenderung memberikan peluang terjadinya penyimpangan dan dapat
ditandai seperti diantaranya:

         1) Sistem kelembagaan dan tata laksana yang rumit dan
         berbelit-belit tidak berdasar pada strategi organisasi (stucture
        follows strategy), yang berimplikasi pada sistem pemerintahan
        yang buruk dan banyak penyimpangan.

        2) Sistem administrasi negara yang tidak berorientasi
        kepada keutuhan NKRI dan cenderung mempertahankan
        sentralisasi (baik oleh pemerintah pusat maupun provinsi) dan
        menunda-nunda proses desentralisasi yang utuh dalam rangka
        memperkuat pelaksanaan otonomi daerah.

        3) Tata laksana dan hubungan tata cara kerja antar
        lembaga baik di tingkat pusat maupun daerah serta antar
        lembaga di daerah yang tidak konkrit.

        4) Sistem kearsipan yang tidak mempedomani ketentuan
       tata administrasi yang baik dengan pemanfaatan teknologi
        informasi, sehingga banyak dokumen dan arsip kepemerintahan
       yang penting hilang dan sulit dicari.
   1   2   3   4   5   6   7   8