Page 10 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 10
melumpuhkan aksi terorisme, tidak dipungkiri justru melahirkan tafsir ideologi
kekerasan pada masyarakat. Yakni, media massa ditengarai "terlibat" dalam
membangun opini, labelisasi dan stigmatisasi melalui penyajian laporan
berdasar pada fakta di lapangan. Artinya, media massa sangat berjasa dapat
menyampaikan informasi dan tentu saja dilihat, dibaca oleh publik secara
beragam. Meski begitu, kita harus menyadari media memerlukan
pemberitaan pada setiap peristiwa yang dilaporkannya. Dalam noktah ini,
media massa juga butuh kearifan dalam penyajian beritanya untuk tidak
melahirkan tafsiran stigmatis.
Kini, pembicaraan seputar deradikalisasi dan aksi terorisme sebagai
style keberagamaan yang radikal kembali menemukan signifikansinya
dengan mempertautkannya sebagai isu sekaligus ancaman bagi
kepentingan ekonomi dan tataran sistem politik dunia, agamapun ikut
terbawa arus stigmatisasi yang tak terbendung. Akumulasi gerakannya
makin mengkhawatirkan sehingga selayaknya dijadikan musuh bersama
demi kemaslahatan kemanusiaan.
Pengembangan deradikalisasi beragama merupakan solusi terhadap
gerakan terorisme terpaut doktrin keagamaan atau ideologi pelakunya.
Dalam perspektif ini, terorisme yang menimbukan stigmatisasi terhadap
Islam harus diluruskan dengan upaya deradikalisasi. Maka upaya
deradikalisasi agama dan deideologisasi menjadi keharusan guna persatuan
dan kesatuan bangsa dalam rangka ketahanan nasional. Persatuan dan
kesatuan bangsa memerlukan pembinaan baik yang bersifat internal seperti
penguatan ideologi dan menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
26

