Page 9 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 9

61

menggembirakan diantara resesi yang melanda sebagian dunia serta
kesulitan-kesulitan ekonomi lainnya (Wong, 1982 : 9). Hal ini dapat disimak
dari tingkat angka pertumbuhan ekoomi yang rata-rata mencapai 6-7 % per
tahun. Ditam bah lagi dengan stabilitas politik yang cukup mantap serta
potensi pasar yang sangat luas, menjadikan kawasan ini sebagai tempat
ideal untuk menanam kan modal.

          Dengan berbagai prakondisi yang memungkinkan kawasan ini untuk
terus berkembang, terjadilah proses modernisasi dan industrialisasi secara
besar-besaran, sehingga tidaklah mengherankan jika dari kawasan ini lahir
negara-negara industri barn (NIC’s) atau yang sering disebut dengan
“Macan A sia” (Taiwan, Hongkong, Singapura dan Korea). Diluar kelompok
ini m asih terdapat negara yang dikategorikan sebagai “ Macan Kecil Asia”
yang kinerja pem ba-ngunannya mendapat julukan sangat istimewa (miracle)
dari B ank Dunia, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Cina. Namun dari proses
pembangunan yang sangat pesat tadi ternyata terkandung “bom waktu”
yang satu ketika dapat mengancam proses pembangunan itu sendiri.
Sebagai contoh, karena terlalu memacu pertumbuhan industri, tanpa
disadari negara-negara tersebut melupakan basis atau struktur dasarnya
sebagai negara agraris. Padahal, produk-produk agraris inilah yang
sesungguhnya merupakan comparative advantage dan yang harus
dikembangkan menjadi competitive advantage bagi negara bersangkutan.

          Sem entara itu, industri yang di-kembangkan belum menyentuh tahap
hi-tech, melainkan masih berkutat disekitar middle tech. Akibatnya,
kebijakan untuk mewujudkan “industri yang maju dan ditunjang oleh
pertanian yang tangguh” menjadi berjalan setengah hati. Dengan kata lain,
kedua sektor ini tidak mampu memberikan kontribusi secara maksimal bagi
perekonomian Negara bersangkutan. Sebagai contoh, industri pertanian
Indonesia belum mampu memenuhi sendiri (swasembada) kebutuhan dalam
negeri, sedang dipihak lain industri strategisnya (misalnya pesawat terbang)
masih jauh dibawah kualitas negara maju.

           Disamping itu, industrialisasi negara-negara Asia khususnya Asia
Tenggara ternyata mengantarkan negara-negara tersebut dalam beberapa
jebakan (Wong, 1982 : 9-11). Jebakan pertama menyangkut masalah kuota.
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14