Page 11 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 11
51
negara A S E A N , yang kemudian diikuti oleh Vietnam. Keadaan ini
menunjukkan bahwa potensi wilayah Asia Tenggara menjadi pengekspor
pangan dunia sangat besar. Sehingga apabila Indonesia tidak berbenah diri
dalam masalah produksi pangan ini, termasuk meningkatkan pembangunan
nasional yang berorientasi ketahanan pangan, niscaya ke depan akan
semakin ketinggalan, dan bukan mustahil akan semakin terpuruk sebagai
pengimpor pangan terbesar dunia. Liberalisasi perdagangan akan
memberikan manfaat sebaik-baiknya, apabila negara-negara sesama
A S E A N bahu-membahu maka akan bisa menembus raksasa mitra dagang
utama seperti Jepang, Cina dan India. Hal ini dapat terjadi karena
komoditas yang dihasilkan oleh negara-negara A S E A N relatif sejenis,
seperti kelapa sawit, karet, beras, buah-buahan tropis, dan sebagainya.
Pengaruh perkembangan regional di luar A S E A N juga akan
berdampak terhadap Indonesia. Krisis ekonomi global sejak tahun yang lalu
hingga sekarang masih dirasakan oleh negara-negara Eropa khususnya
yang tergabung dalam zona Euro. Pertumbuhan ekonomi regional
mengatasi permasalahan likuiditas di kawasan. Tekanan ekonomi regional
yang kini dihadapi bersifat sistemik, sehingga diperkirakan krisis ekonomi
tidak hanya dialami oleh Yunani, Irlandia, dan Portugal melainkan juga akan
menyebar ke negara-negara lain seperti Italia dan Spanyol (negara-negara
G IP SI - Greece, Ireland, Portugal, Spain, and Italy) yang diperkirakan baru
akan pulih pada tahun 2014.
Sebagai akibat perlambatan pertumbuhan maka ancaman
melebarnya krisis masih cukup potensial, sehingga akan memaksa negara-
negara di kawasan Eropa membatasi pengeluaran belanja negara.
Konsekuensi dari krisis finansial di Eropa ini juga akan banyak membawa
pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan lain,
termasuk Indonesia, yang selama ini mengandalkan ekspor berbagai produk
ke kawasan Eropa.