Page 15 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 15
29
impor untuk komoditas utama pangan iainnya seperti jagung, kedelai,
daging dan produk hortikultura dari tahun ke tahun cenderung naik.26
Melihat kenyataan tersebut seakan kita tidak percaya sebagai
negara agraris tropis terbesar di dunia yang mengandalkan pertanian
sebagai tumpuan kehidupan bagi sebagian besar penduduknya tetapi
merupakan negara pengimpor pangan yang cukup besar. Ini adalah
fakta tak terbantahkan, bahwa Indonesia memang rentan terlanda krisis
pangan. Suatu kondisi yang bisa menjegal kemajuan, kemakmuran,
dan kemandirian bangsa Indonesia. Sebab, negara dengan penduduk
lebih dari 237 juta orang, tidak mungkin bisa maju, jika kebutuhan
pangannya bergantung pada impor. Kondisi ini akan menjadi hambatan
dalam pembangunan dan menjadi tantangan yang lebih besar dalam
mewujudkan kemandirian pangan bagi bangsa Indonesia. Oleh karena
itu diperlukan langkah kerja yang serius untuk mengoptimalkan sumber
daya yang ada dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dalam
negeri.
b. Kondisi kesejahteraan petani saat ini. Meskipun anggaran
pemerintah (APBN) untuk pembangunan sektor pertanian terus
meningkat dari tahun ke tahun dan produktifitas komoditas pertanian
secara umum juga meningkat, namun perjalanan pembangunan
pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan
hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani. Untuk
melihat tingkat kesejahteraan petani adalah melalui indeks nilai tukar
petani (NTP). NTP adalah variabel yang kerap digunakan sebagai
indikator kesejahteraan petani, yakni indeks rasio harga yang diterima
dengan harga yang dibayar rumah tangga tani. Berdasarkan data BPS,
26 Rokhmin Dahuri, Industrialisasi Perikanan Budaya Untuk Ketahanan pangan dan
Kesejahteraan Rakyat, Sinar Indonesia, 30 Juli 2012.