Page 16 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 16
30
jala tangkap berlebih, yang ditunjukkan dalam lampiran-6.17
b) Degradasi ekosistem terumbu karang, diakibatkan
penggunaan API dan/atau ABPI yang tidak ramah ling
kungan. Hanya ± 5,23% terumbu karang di Indonesia yang
berada dalam kondisi sangat baik18, dan Indonesia meru
pakan salah satu negara dengan status terumbu karang
yang paling terancam, dengan persentase penurunan
kondisi terumbu karang Indonesia meningkat dari 10%
menjadi 50% dalam 10-50 tahun terakhir.19
c) Illegal fishing di WPP-NRI, juga menjadi kendala bagi
otoritas perikanan untuk menperoleh data yang dapat di
andalkan mengenai status stock ikan, sebagai dasar
pengelolaan SKA perikanan secara bertanggung-jawab.
3) Perspektif Ideologi.
Menipisnya rasa nasionalisme sejumlah oknum pelaku usa
ha perikanan dan oknum aparat, melanggengkan maraknya
praktek illegal fishing di Indonesia. Oknum pengusaha perikanan
yang bertindak sebagai agen perusahaan perikanan asing deng
an memanipulasi dokumen kepemilikan kapal perikanan, meng
urus perijinan dengan dokumen tersebut, sehingga kapal-kapal
perikanan asing dapat leluasa beroperasi di WPP-NRI. Selain
itu, ditemui sejumlah Kll milik oknum pengusaha perikanan yang
melakukan transhipment, memindahkan hasil tangkapan ke
kapal perikanan asing di laut demi keuntungan pribadi/kelompok,
dan mengabaikan kepentingan nasional untuk membangun in
dustri perikanan dalam negeri. Adanya oknum aparat yang me
manfaatkan kewenangannya, mendukung berlangsungnya prak
tek illegal fishing, mulai dari manipulasi data fisik kapal, membe
baskan kapal perikanan ilegal pelaku illegal fishing, semakin
memperparah situasi. Kemiskinan masyarakat nelayan, menjadi-
17 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor KEP. NOM O R KEP.
45/MEN /2011/M EN /2011 tentang Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan di W ilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia
18 Laporan P 2 0 LIPI tahun 2006
19 Laporan R e e f at Risk tahun 2002