Page 15 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 15

29

                i) Mempekerjakan ABK asing melebihi persentase yang
                ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;
        2) Pemeriksaan kapal perikanan yang sama oleh lebih dari
        satu institusi, menyebabkan kurang kondusifnya usaha
        perikanan, dan seringkali mendorong sejumlah pengusaha
        perikanan untuk menghindari pemeriksaan dengan melakukan
        “suap”.
        3) Operasi pengawasan belum mampu mencakup seluruh
        WPP-NRI, dan jumlah hari operasi hanya ± 140-180 hari
        operasi/tahun.
        4) Pemborosan APBN. Keterbatasan APBN yang dialokasikan
        di berbagai institusi untuk melakukan operasi pengawasan
        belum dapat dimanfaatkan secara terpadu untuk meningkatkan
       jumlah hari operasi. Di lain pihak, operasi gabungan belum
       optimal memberantas illegal fishing, karena seringkali gagal
       menangkap pelaku, disebabkan terjadinya “kebocoran” rencana
       operasi.

b. Implikasi Belum Terwujudnya Politik Pembangunan Bidang Pem­
berantasan Illegal Fishing Terhadap Peningkatan Ketahanan Nasional

       Implikasi dari belum terwujudnya politik pembangunan bidang
pemberantasan illegal fishing pada peningkatan ketahanan nasional
ditinjau dari perspektif astagatra, sebagai berikut:

       1) Perspektif Geografis
              Terdapat wilayah perairan yang diawasi oleh lebih dari satu

       institusi, sementara di wilayah perairan laut lainnya terjadi keko­
       songan pengawasan. Operasi pengawasan hanya terfokus pada
       3 (tiga) WPP-NRI, yaitu WPP-NRI 711, 716, dan 718.
       2) Perspektif Sumber Kekayaan Alam.

              Kondisi ketahanan nasional dari aspek SKA yang terancam
       akibat kegiatan illegal fishing, antara lain:

              a) Sejumlah WPP-NRI mengalami overfishing, yaitu ge-
   10   11   12   13   14   15   16   17