Page 13 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 13

27

  insiden, Sumatera Utara 32 insiden, Sumatera Selatan 30 insiden dan
  Papua 29 insiden.39

           Meningkatnya jumlah konflik komunal yang terjadi di Indonesia
  tersebut menunjukkan bahwa Kewaspadaan Nasional belum dibina secara
  optimal dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
  bernegara. Dengan kata lain, nasionalisme ke Indonesiaan kita masih
  bermasalah. Karena kewaspadaan nasional selain sikap peduli terhadap
  nasionalisme, juga berkaitan dengan pentingnya kualitas system diteksi
 dini, peringatan dini, cegah a w a l, tangkal awal dan tanggap awal terhadap
 ancaman. Dalam konteks ini, konflik komunal. Hal ini terlihat dari eksaklasi
 sejumlah konflik komunal di berbagai daerah di Indonesia yang sebagian
 besar dipicu oleh persoalan sosial kemasyarakatan yang sebelumnya
 dianggap minor atau tidak substansial, namun karena tidak teridentifikasi
 dan terdeteksi secara responsif sehingga terus-menerus berkembang dan
 terakumulasi menjadi pemicu (trigger) dari lahirnya konflik komunal dalam
 skala yang lebih besar dan lebih luas.

          Skala kekerasan secara tiba-tiba meningkat tajam dan kasus-kasus
 baru bermunculan segera setelah reformasi dimulai pada tahun 1998.
Terlihat jelas bahwa jumlah insiden dan korban tewas lebih banyak terjadi
setelah tahun 1998. Pada tahun 1995 dua kali kerusuhan komunal terjadi di
Maumere and Larantuka, Nusa Tenggara Timur. Tahun 1996 mencatat
beberapa peristiwa penting, seperti kerusuhan di Tasikmalaya dan
Situbondo, peristiwa 27 Juli di Jakarta, dan kerusuhan Dayak-Madura di
Sambas, Kalimantan Barat. Intensitas insiden meningkat di tahun 1997,
beberapa kasus-kasus penting penting diantaranya adalah: tragedi sahur di
Rengasdengklok, kerusuhan di Majalengka dan kerusuhan di
Banjarmasin.40

         Selain kasus-kasus tersebut, konflik komunal di Indonesia dalam
skala yang cukup besar dan jumlah korban yang signifikan juga terjadi di
daerah Maluku dan Poso pasca-reformasi. Kekerasan komunal memiliki

39Ibid., him. 4 - 5 .
   Mohammad Zulfan Tadjoeddin. 2002. Anatomi Kekerasan Sosial dalam Konteks Transisi:Kasus

Indonesia 1990 - 2001 (Jakarta), him. 38.
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17