Page 17 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 17
31
September 2012 pada daerah perkotaan seluruh provinsi di Indonesia.
Menurut survei itu, indeks kerukunan di Indonesia mencapai angka
3.67, yang berarti masuk dalam klasifikasi cukup harmonis.
Akan tetapi, kalau kita cermati kenyataan hidup sehari-hari,
dapat dikatakan belum tercapai kehidupan yang harmonis di
masyarakat Indonesia. Bisa saja para warga masyarakat tampak
rukun, akan tetapi tidak ada komunikasi di antara mereka. Itu berarti
bahwa ‘kerukunan’ mereka adalah kerukunan semu.
13. Implikasi Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan
Beragama terhadap Harmonisasi Sosial dan Implikasi
Harmonisasi Sosial terhadap Keutuhan NKRI
a. Implikasi implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan beragama terhadap harmonisasi sosial
Dari uraian di atas kita bisa melihat bahwa pluralisme agama
di Indonesia rawan konflik akibat rendahnya implementasi nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan beragama di Indonesia. Konflik
berbasiskan agama berpotensi menjadi konflik komunal yang
memiliki dampak sosial secara luas. Dalam konteks ini, keutuhan
NKRI akan terancam. Rendahnya harmoni kehidupan beragama,
yang mengasumsikan kurangnya penghargaan hak asasi manusia,
mendorong disharmoni sosial lainnya, dan hal itu jelas berimbas
pada keutuhan NKRI.
Meskipun konflik umumnya bukan semata-mata disebabkan
faktor agama saja, melainkan juga karena faktor-faktor lain seperti
politik dan ekonomi, namun seringkali konflik ini pun masuk ke ranah
agama. Karena itu, diperlukan upaya untuk harmonisasi kehidupan
umat beragama. Sebagaimana dikatakan oleh Ketua Program Studi
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Drs.
Abdul Madjid, “harmonisasi kehidupan umat beragama sangat
diperlukan sebab Indonesia merupakan negara yang plural."21
21 Abdul Madjid, dalam sebuah workshop yang berjudul "Penguatan Pranata Sosial sebagai Agen
Harmonisasi Kehidupan Umat Beragama*