Page 15 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 15
57
2) .Semakin rendahnya rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Mulai memudarnya sifat-sifat gotong- royong, munculnya intoleransi,
masyarakat semakin individualistis. Masing-masing kelompok ingin
memaksakan kehendaknya. Terjadi konflik horizontal. Mudah marah dan
bersifat anarkis. Munculnya kembali separatisme di dalam negeri, sehingga
menimbulkan gangguan stabilitas politik dan keamanan dalam negeri yang
pada akhirnya akan berakibat terhadap terganggunya kemanan dan
pertahanan nasional.
3) .Rendahnya kesadaran bela negara
Kondisi masyarakat saat Indonesia setelah era reformasi semakin
apatis, dan kurang peduli pada keadaan dan keamanan lingkungan
sekitarnya. Masyarakat perbatasan tidak perduli masalah kedaulatan
wilayah negara. Partisipasi masyarakat dalam bela negara rendah juga
disebabkan pemerintah kurang melakukan pembinaan secara terus
menerus. Masalah Terorisme dan radikalisme, intoleransi, kekerasan
kelompok terhadap kelompok masyarakat lainnya, kekerasan terhadap
kelompok minoritas dianggap urusan pemerintah. Demikian pula masalah
keamanan dan pertahanan semua diserahkan pada pemerintah, pada hal
masyarakat dapat terlibat membantu pemerintah, demi terciptanya
ketahanan nasional yang kokoh.
4) .Masih banyaknya penduduk miskin di Indonesia.
Penduduk Indonesia terbesar nomor 4 ( empat ) di dunia dengan
jumlah 251.968.342 orang terdiri 1128 suku bangsa dan memiliki 546 dialek
bahasa daerah, sehingga terjadi perbedaan budaya dan watak. Sebagian
besar penduduk Indonesia masih miskin. Salah satu akar terorisme selain
masalah idiologi dan radikalisme adalah kemiskinan. Kesejahteraan belum
merata di seluruh wilayah Indonesia. Di kota-kota besar banyak sekali
kantong-kantong kemiskinan dengan kehidupan masyarakat yang
menyedihkan, sehingga sulit menyekolahkan anak-anaknya. Rendahnya
kualitas pendidikan mengakibatkan SDM tidak mampu bersaing