Page 3 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 3

31

para petani yang biasanya dilakukan pada malam hari pada saat-
saat terang bulan. Mereka bermain di halaman rumah dengan
bentuk arena dan diterangi oleh obor, berdendang dengan iringan
bunyi lesung yang dipukuli. Permainan ini disebut gejog. Lagu dan
susunan syairnya sangat sederhana. Dialog menggunakan bahasa
Jawa sehari-hari yang hidup di pedesaan. Bentuk dialog yang
dilakukan ada dua macam, yaitu tembang dan gancaran, sedangkan
cara penyampaian dialog dengan improvisasi. Bentuk tariannya juga
sederhana sekali. Pakaian yang dikenakan pakaian petani Jawa
sehari-hari dan tanpa rias. Ceritera yang dibawakan adalah kisah-
kisah rakyat yang berkisar pada kehidupan di Kademangan.

b. Tahun 1925-1927 Periode Ketoprak Peralihan.

          Pada periode ini Ketoprak menggunakan alat musik
campuran, yaitu lesung ditambah dengan kendang, rebana dan
biola. Lagu yang digunakan seperti Pucung, Mijil, dan lain-lain.
Ceritanya mengambil cerita-cerita rakyat daerah Jawa Tengah.
Pakaian yang digunakan adalah pakaian Jawa dan busana Ketoprak
yang sering disebut Stambulan atau Mesiran. Pementasannya
semakin atraktif dan masih bertujuan sebagai hiburan.

c. Tahun 1927—Tahun 1945 Periode Ketoprak Gamelan.

          Pada periode ini Ketoprak sudah tidak menggunakan
instrumen-instrumen campur seperti pada Ketoprak Peralihan, tetapi
sudah menggunakan gamelan nada slendro dan pelog, dan keprak.
Keprak berfungsi sebagai penanda atau perintah gamelan untuk
berbunyi, berhenti, keluar dan masuk para pemain, juga mengiringi
gerak tari yang dilakukan tiap pemain. Dipakainya keprak untuk
memberikan salah satu cirinya, karena keprak yang dipukul
menimbulkan bunyi prak, sesuai bunyi bagian belakang nama
Ketoprak.
   1   2   3   4   5   6   7   8