Page 5 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 5
33
disiplin dan menghilangkan tradisi seni Ketoprak yang sudah tidak
selaras dengan zaman.
g. Tahun 1987—2000 Periode Ketoprak Humor.
Berawal dari bubarnya "pabrik tawa" Srimulat, Timbul dan
kawan-kawannya kemudian mendirikan Yayasan Samiaji yang lalu
melahirkan Ketoprak Humor Samiaji. Upaya revitalisasi tersebut
ternyata membawa hasil. Dengan menghadirkan pula wajah-wajah
terkenal, kaum selebritis dan pejabat publik, Ketoprak Humor
memikat perhatian pemirsa Televisi. Di satu pihak dia tetap punya
dramaturgi cerita rakyat, di lain pihak ia kental dengan humor-
elemen yang gampang disukai.
h. Tahun 2005 Periode Ketoprak Ringkes.
Berawal dari Ketoprak berjudul Minggat di Bentara Budaya
Yogyakarta. Dibalut dengan humor yang khas—kebanyakan
berlangsung di dalam bahasa Jawa—pertunjukan sekitar dua jam ini
sungguh menghibur sekaligus mengajak merenung tentang situasi
sosial politik sezaman. Pementasan ini boleh dianggap sebagai
cermin keliatan seni rakyat yang tak juga mau mati. Beberapa
penggiatnya, yaitu Marwoto, Den Baguse Ngarso, Nano A
(merangkap sutradara), serta Yu Beruk, dan Sundari, merintis
bentuk yang lebih luwes yang disebut "Ketoprak Ringkes". Mereka
memang membuat Ketoprak menjadi serba ringkas dalam jumlah
aktor panggung maupun instrumen musik. Ketoprak Ringkes
memperbarui musik dengan hanya menggunakan kendang, rebana,
gong, violin, dan keyboard. Jumlah pemain yang sedikit dan ringkes
merupakan strategi seniman agar anggaran pertunjukan tidak
melonjak.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, Ketoprak sebagai
kesenian rakyat tradisional Jawa mengalami pemberdayaan baik
senimannya maupun karya kreatifnya, seiring perkembangan zaman dan
teknologi, karena Ketoprak memang lentur, luwes dan adaptif. Tahun 2005