Page 4 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 4
32
d. Tahun 1937 sampai 1948 Periode Ketoprak Keliling.
Di Yogyakarta ada beberapa grup Ketoprak Keliling yang
berbeda bentuknya dengan Ketoprak Keliling seperti diutarakan di
atas. Ketoprak Keliling ini dinamakan Ketoprak Ongkek atau
Ketoprak Ketan, berpentas keliling ke kampung-kampung dan desa-
desa. Tempat untuk pentas biasanya halaman rumah. Untuk
penerangan menggunakan obor. Jumlah pemain 6-10 orang dan
pemain yang tidak mendapatkan giliran untuk main bertugas sebagai
penabuh gamelan dari besi, yang umumnya bernada slendro.
Gamelan ini disebut gamelan bamt.
e. Tahun 1945— 1964 adalah Periode Ketoprak Pembaruan.
Ketoprak Pembaruan ini diawali oleh Ketoprak Mataram Krido
Raharjo yang telah lebih 10 tahun bermain di radio. Untuk memenuhi
kepentingan siaran di radio yang bersifat auditif itu, Krido Raharjo
menggunakan naskah dan dialog. Akibatnya pembabakan dan
pengadegan lakon relatif amat sedikit jumlahnya dibanding dengan
pembabakan dan pengadegan lakon di panggung. Begitu pula
gending-gending pengiringnya dilengkapi dengan sound effect
Namun ketika Cokrojio, pemimpin Ketoprak Mataram RRI
Yogyakarta meninggal, dan kemudian pembinaannya dipercayakan
kepada Soemardjono. Kemudian pertunjukan ketoprak mulai lebih
banyak menggunakan kaidah-kaidah pertunjukan sesuai pakem-
pakem keilmuan drama daripada sekedar intuisi kesenimanan.
f. Tahun 1964-1987 Periode Ketoprak Pembaruan.
Ketoprak Mataram Krido Mardi melaksanakan eksperimen
pentas Ketoprak dengan lakon Rara Mendut. Eksperimen ini
dimaksudkan sebagai pembaruan dan peremajaan pemain.
Ketoprak Sapta Mandala berusaha meningkatkan kesadaran akan
profesionalisme dalam arti sesungguhnya, yaitu dedikasi kepada
profesi yang bermakna tanggung jawab kepada karya, kreativitas,