Page 3 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 3
17
9. Landasan Teori
Lembaga keuangan mikro tumbuh karena banyaknya orang miskin dan
sangat miskin tidak dapat meng-akses lembaga Perbankan. Mereka yang miskin
membutuhkan dana mulai dari Rp. 500 ribu sampai dengan Rp 10 juta untuk modal
kerja dalam usaha mikro.
Di Perbankan, orang miskin kesulitan karena harus menyediakan jaminan
{collateral) dan juga bagi orang miskin bertransaksi di Bank menimbulkan biaya
transaksi atau transaction cost yang cukup berat, seperti biaya administrasi dan
biaya transportasi.
Di lembaga keuangan mikro, pendekatan sosial dilakukan dengan
membangun kelompok dan komunitas yang sering disebut dengan social capital
sehingga jaminan yang ada bersifat sosial, dimana kelompok atau komunitas yang
menjamin mereka mengakses BMT. BMT juga menekan sedemikian rupa adanya
biaya transaksi sehingga kebutuhan masyarakat terhadap uang bisa tepat pada
waktunya. Dengan begitu, lembaga keuangan mikro termasuk BMT harus dapat
bersaing dengan lintah darat atau money lenders atau bank keliling.
Keberhasilan BMT berdasarkan studi oleh Hosen dan Syukriyah (2012)
menunjukkan ketergantungan yang tinggi dengan social capital, human capital dan
capital. Disini terlihat bukan capital yang utama tapi social capital. Ini dapat
diperkuat apa yang disampaikan oleh BMT center.
Menurut BMT Centre bahwa BMT adalah lembaga swadaya masyarakat,
dalam pengertian didirikan dan dikembangkan oleh masyarakat. Pendirian biasanya
dilakukan dengan menggunakan sumber daya, termasuk dana atau modal, dari
masyarakat setempat itu sendiri. Pendirian BMT memang sering dibantu oleh pihak
di luar masyarakat lokal, namun dapat disebut sebagai bantuan teknis. Bantuan
teknis biasanya bersifat konsepsional atau stimulan, umumnya dari lembaga atau
asosiasi yang peduli BMT atau masalah pemberdayaan ekonomi rakyat.
Sejak awal pendiriannya, BMT-BMT dirancang sebagai lembaga ekonomi.
Secara lebih spesifik adalah suatu lembaga ekonomi rakyat, yang secara konsepsi
dan secara nyata memang lebih fokus kepada masyarakat bawah, yang miskin dan
nyaris miskin (poor and near poor). Agenda kegiatannya yang utama adalah
pengembangan usaha mikro dan usaha kecil, terutama melalui bantuan permodalan.
Untuk melancarkan usaha pembiayaan (financing) tersebut, maka BMT berupaya