Page 14 - Perpustakaan Lemhannas RI

16

Tuhan YME yang merupakan Zat Penuh Kasih. Agama-agama dan
religi juga memberi keyakinan, tidak ada kebaikan apa pun dari
tindakan kekerasan, atas nama dan tujuan apa pun. Kekerasan
hanya akan melahirkan ketakutan, dendam, atau bahkan
perlawanan. Karena itulah, sila pertama ini harus menjadi jiwa
sekaligus sarana pencerahan dalam setiap ajaran pembentukan
karakter anak bangsa; dalam setiap materi pendidikan (termasuk
vokasional), yang pada akhirnya akan menjadi kekuatan substansial
dari Ketahanan Nasional.

(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab: kemanusiaan
merupakan konsep sekaligus sikap yang berpijak kepada kasih
sayang terhadap sesama. Kasih sayang merupakan perwujudan dari
penerimaan yang ikhlas terhadap keadaan/kondisi dan situasi yang
ada, dan tergerak untuk membantu membangun keadaan/kondisi
dan situasi yang lebih baik. Disadari bahwa kemanusiaan, apalagi
yang mendalam, kerap terjebak dalam subyektifitas. Karena itulah,
Pancasila mengatur penerapan kemanusiaan haruslah dilakukan
secara adil dan beradab. Kemanusiaan yang dilakukan dalam
proporsinya dengan tetap menjaga kehormatan dan martabat orang
lain. Dengan demikian, kemanusiaan dalam Pancasila bukanlah
sebentuk charity atau pelimpahan kasih sayang dengan—secara
prinsip dan persepsi—menempatkan orang/kelompok yang dilimpahi
rasa kemanusiaan sebagai pihak yang tingkatan atau grade-nya
berada di bawah yang melimpahi kemanusiaan. Namun merupakan
pelimpahan kemanusiaan yang tetap menjaga atau bahkan
menjunjung tinggi kehormatan mereka yang dilimpahi rasa
kemanusiaan. Dan dalam konteks berbangsa dan bernegara,
‘kemanusiaan yang adil dan beradab’ merupakan arahan untuk
bersama-sama bergandengan tangan saling melimpahkan kasih
sayang, saling menghargai, saling menghormati sesuai proporsinya,
tanpa menafikan kemuliaan masing-masing individu atau kelompok.
Pasal ini merupakan salah satu ‘pagar’ dalam pendidikan karakter
dan juga pendidikan vokasional, agar terhasilkan produk dunia