Page 16 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 16

2

yang melahirkan kekuatan ekonomi—hingga bangsa-bangsa lain rela
memahami mereka dalam berbagai relasi, terutama bidang ekonomi.
Bangsa Jepang dan Korea Selatan tidak mencemaskan penguasaan
Bahasa Inggris mereka—yang merupakan bahasa pergaulan internasional.
Mereka lebih memilih menggunakan ‘bahasa’ produk-produk berteknologi
tinggi. Di sisi lain, bangsa-bangsa yang terlambat membangun karakternya,
kebanyakan menjadi pasar yang empuk bagi berbagai produk
internasional, diombang-ambing kebudayaan asing, dan berusaha keras
memahami bangsa lain dalam berbagai relasi, dan selalu cemas tidak
mampu berkomunikasi dengan mereka. Integritas dan jatidiri-nya pun tidak
kokon, hingga relatif mudah dihantam gelombang korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Pada bangsa yang karakternya lemah, ilmu pengetahuan tidak
pernah mencapai tujuan akhirnya yang mulia, yaitu mampu memilah mana
yang benar dan mana yang salah, karena tidak ada penopang yang kuat <=
karakter) untuk mencapai titik itu. Pada bangsa yang karakternya lemah
pula, teknologi juga tidak akan dapat dipahami sebagai wujud dari upaya
menaikkan derajat hidup dan kehidupan, melainkan hanya sebagai alat
atau pelengkap kehidupan.

         Sampai di sini kita bisa memahami mengapa lr Soekarno, presiden
pertama Rl pada tahun 1960-an mencanangkan nation and character
building. Membangun karakter bangsa dan kebangsaan. Membangun
karakter Indonesia dan ke-lndonesiaan. Dalam konsepsi Bung Karno,
karakter bangsa dan kebangsaan Indonesia yang tangguh dan dinapasi
Pancasila dan UUD 1945 adalah pondasi sekaligus investasi jangka
panjang NKRI. Dengan pondasi yang kuat, ‘dinding’ dan ‘atap’ Indonesia
yang dibangun akan berdiri kokoh, dan itu adalah jalan terbaik dan paling
realistis untuk mencapai cita-cita bersama, yaitu masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila.3

         Kunci utama yang dibayangkan Bung Karno dalam pembangunan
nation and character building adalah pendidikan karakter. Pendidikan
karakter ini harus diajarkan dan menapasi bukan hanya dunia pendidikan

3 Soekarno (1959). Amanat Presiden tentang Pembangunan Semesta dan Berentjana
disampaikan pada Rapat Pleno I Dewan Perancang Nasional (Depernas) di Istana Negara
pada hari Djumat tanggal 28 Agustus 1959.
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20