Page 3 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 3
dipahami dalam dua dimensi (Djunaidi, 2003), yaitu dianggap selalu ada dan
mewarnai segenap aspek interaksi manusia dan struktur sosial; separatisme
dan konflik sebagai pertikaian terbuka (manifest Conflict) seperti perang,
revolusi, pemogokan, teror dan perlawanan, maka separatisme Papua
berkaitan dengan keduanya. Untuk itu perlunya kajian lebih lanjut dalam
Taskap ini, berikut diuraikan beberapa variabel terkait yang melandasi faham
dan gerakan separatisme:
a. Variabel strategis universal.
Teori konflik menegaskan bahwa selama masyarakat masih
memiliki kepentingan, kehendak dan cita-cita maka selama itu pula akan
muncul gesekan yang berujung pada konflik. Dalam bahasa yang
lebih ekstrem dinyatakan bahwa antara konflik dan harmoni adalah dua
hal dalam kehidupan manusia yang datang silih berganti. Jika gesekan
kecil berlanjut akan muncul konflik antar kelompok yang berimplikasi
cukup luas baik dalam artian fisikal maupun psikological.
b. Variabel strategis pluralisme.
Keberagaman atau pluralisme masyarakat indonesia yang relatif
tinggi dapat melahirkan aneka side effect lainnya. Diantaranya adalah
primodialisme atau paham kesamaan asal-usul dan lokalisme atau
paham kedaerahan. Di negara seperti ini, apabila seseorang atau
sekelompok orang menginginkan kedudukan atau posisi politik tertentu,
akan lebih mudah dengan cara mencari dukungan dari basis sosialnya
masing-masing (promodialisme) dari pada menggalangkan dukungan
dari kalangan yang berbeda dengan mengandalkan program (platform).
c. Variabel strategis mayoritas-minoritas.
Hampir dapat dipastikan pada setiap dimensi kehidupan terjadi
dominasi atas dasar mayoritas terhadap minoritas. Tindakan
penekanan, pemaksaan dan ancaman oleh individu atau kelompok
terhadap individu atau kelompok lain akan menimbulkan perlawanan.
Disini akan berlaku teori pegas, semakin keras tekanan yang dialami
oleh individu atau kelompok, akan semakin keras lentingannya ketika
tekanannya lepas.
23

