Page 13 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 13

berada di urutan 54. Pada 2006 ada di urutan 50 dan pada 2005 ada di
 urutan 74. Dari tahun 2005 ke tahun 2008 ada kenaikan posisi daya saing,
 dari urutan 74 menjadi urutan 55. Pada tahun 2006 sudah berada di urutan
 50, setahun kemudian turun menjadi urutan 54 dan kemudian turun lagi
 menjadi urutan 55. Dinamika ini cukup menarik untuk dicermati. Jika
 dibandingkan dengan daya saing negara-negara ASEAN pada 2008 dapat
 dilihat sebagai berikut, Singapura (5), Malaysia (21), Thailand (34), Brunei
 Darussalam (39), Vietnam (70), Philippina (71), Kamboja (109). Indonesia
 hanya unggul dari Philippina dan Vietnam, namun tertinggal jauh dari
Singapura, Malaysia, Thailand dan Brunei Darussalam. Satu hal yang
cukup menarik adalah Malaysia, yang dahulu pernah banyak mengirim
mahasiswa mereka ke Indonesia dan juga mendatangkan dari Indonesia,
kini banyak mahasiswa Indonesia yang mengikuti pendidikan di Malaysia.

      Indikator-indikator daya saing adalah institusi, infrastruktur, stabilitas
makroekonomi, kesehatan dan pendidikan dasar (health and primary
education), pendidikan tinggi dan pelatihan (higher education and training),
efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja, kepuasan pasar
keuangan, kesiapan teknologi, ukuran pasar, kepuasan bisnis, dan inovasi.
Untuk health and prim ary education Indonesia berada di urutan 87, higher
education and training di urutan 71, stabilitas makroekonomi pada urutan
ke 72, dan infrastruktur pada urutan ke 96. Dengan melihat 4 indikator daya
saing ini, bisa terjawab tentang posisi daya saing Indonesia di dunia
internasional. Infrastruktur berada pada posisi ke 96 karena kondisi
geografis Indonesia yang terdiri dari banyak pulau menyebabkan keperluan
alokasi dana yang besar untuk menyediakan infrastruktur dengan baik.
Anggaran yang terbatas menyebabkan kendala infrastruktur sulit untuk
menjadi faktor yang meningkatkan daya saing.

      Stabilitas makro ekonomi dapat diusahakan dengan kerja keras dari
pemerintah. Namun demikian, karena Indonesia menganut makroekonomi
terbuka menyebabkan faktor eksternal memiliki pengaruh yang signifikan.
Sebagai contoh, kenaikan harga minyak dunia berakibat pada kenaikan
harga berbagai kebutuhan termasuk kebutuhan pokok. Hal ini
menyebabkan pendapatan riil masyarakat menurun, daya beli menurun,

                                                              43
   8   9   10   11   12   13   14   15   16