Page 14 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 14
28
muncul. Seluruh elemen masyarakat bersatu menghadapi "ancaman" dari
luar. Namun anehnya, perasaan atau paham itu hanya muncul sesaat
ketika peristiwa itu terjadfe| Dalam kenyataannya kini, rasa "nasionalisme
kultural dan politik" itu tidak ada dalam kehidupan keseharian kita.
Fenomena yang membelit kita berkisar seputar : rakyat susah mencari
keadilan di negerinya sendiri, korupsi yang merajalela mulai dari hulu
sampai hilir di segala bidang, dan pemberantasan-nya yang tebang pilih,
pelanggaran HAM yang tidak bisa diselesaikan, kemiskinan, ketidak
merataan ekonomi, penyalahgunaan kekuasaan, tidak menghormati harkat
dan martabat orang lain, suap-menyuap, dan lain-lain. Realita ini seakan
menafikan cita-cita kebangsaan yang digaungkan seabad yang lalu. Itulah
potret nasionalisme bangsa kita hari ini.
Saat ini, kemajemukan masyarakat Indonesia cenderung menjadi
beban daripada modal bangsa Indonesia. Hal itu terbukti dengan
munculnya berbagai persoalan yang sumbernya berbau kemajemukan,
termasuk dalam bidang agama. Dalam perspektif keagamaan, semua
kelompok agama belum yakin bahwa nilai dasar setiap agama adalah
toleransi. Akibatnya, yang muncul intoleransi dan konflik. Padahal agama
bisa menjadi energi positif untuk membangun nilai toleransi guna
mewujudkan negara yang adil dan sejahtera. Seharusnya pada era
reformasi ini, kita menjunjung tinggi demokrasi dan toleransi. Demokrasi
tanpa toleransi akan melahirkan tatanan politik yang otoritarianistik,
sedangkan toleransi tanpa demokrasi akan melahirkan pseudo-toleransi,
yaitu toleransi yang rentan konflik-konflik komunal.
Keberagaman Indonesia ini diakui atau tidak, dapat menimbulkan
berbagai persoalan seperti yang sekarang ini dihadapi bangsa. Korupsi,
kolusi, nepotisme, premanisme, perseteruan politik, konflik antar suku dan
atau agama, kemiskinan, kekerasan, separatisme, perusakan lingkungan,
dan hilangnya rasa kemanusiaan untuk selalu menghormati hak-hak orang
lain, adalah bentuk nyata sebagai bagian dari tidak diaplikasikannya nilai
multikulturalisme. Hal ini tentu saja dapat melemahkan rasa persatuan dan
kesatuan bangsa.

