Page 6 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 6

22

                  Menurut Gellner21, nasionalisme terutama merupakan satu prinsip
         politik, yakni teori legitimasi politik yang memerlukan batas etnis yang
         tidak melintasi politik. Dengan kata lain, nasionalisme adalah satu
         perjuangan untuk membuat budaya dan “kepolitikan” menjadi
         bersesuaian. Lebih dari itu, nasionalisme adalah pemaksaan umum
         satu budaya tinggi kehidupan masyarakat, dimana budaya rendah
         sebelumnya telah mengangkat kehidupan mayoritas dan dalam
         beberapa kasus keseluruhan penduduk. Menurut Jack C Piano dan
         Roy Olton22, nasionalisme adalah semangat memiliki bersama, atau sifat
         dari keinginan untuk berusaha mempertahankan identitas kelompok
         dengan melembagakan dalam bentuk sebuah negara. Nasionalisme
         dapat diperkuat oleh ikatan persamaan ras, bahasa, sejarah, dan
         agama, nasionalisme selalu terpaut dengan wilayah tertentu. Menurut
         Minogue23, terdapat tiga tahap nasionalisme, yakni : Pertama, Stirrings.
         Artinya, pada tahap ini bangsa menjadi sadar akan dirinya sebagai
         bangsa yang mengalami penderitaan berupa tekanan-tekanan, yaitu era
         perubahan cepat melawan gagasan asing dan cara hidup asing dalam
         mengerjakan segala sesuatu. Kedua, tahap centre-piece nasionalisme.
         Masksudnya, adalah masa perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan.
         Ketiga, tahap konsolidasi, yaitu yang pada masa sekarang ini difokuskan
         pada konsolidasi ekonomi.

                  Sedangkan menurut Ernert Renan, Nasionalime modern lahir dari
         revolusi Perancis yang identik dengan Liberalisme. Masyarakat yang
         multi etnis dan heterogen ini ingin membangsa dan menegara,
         persyaratannya adalah “adanya kehendak ingin bersatu”, persatuan ini
         diperkuat dengan ilmu geopolitik, yaitu persatuan anatar manusia dan
         tanah air tempat berpijak dan tempat hidupnya (yang menurut bangsa
         Indonesia adalah wawasan nusantara). Nasionalisme modern adalah
         demosentris dan bukan ethnosentris, namun ada kecenderungan suatu
         bangsa ingin memunculkan identitasnya, karena identitas (kultur budaya

21 E. Gellner, "Nation and Nationalism". (Ithaca : Cornell University Press, 1983), halaman. 1
dan 48-49
22 Jack C. Plano dan Roy Olton. “Kamus Hubungan Internasiona". Bandung. Abardin. 1990.
halaman-29.
23 K. R. Minogue, Op. Cit., 21.
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11