Page 10 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 10

12. Kondisi Peran M asyarakat Tionghoa Saat Ini

          Ketika Abdurrahman Wahid menjabat sebagai presiden Indonesia dari November
1999 hingga Agustus 2001, beliau merintis upaya untuk mengakhiri peraturan yang
bersifat diskriminatif terhadap penduduk Indonesia Tionghoa. Langkah awal yang
diambilnya adalah menghapus Keputusan Presiden No. 14, yang ditandatangani oleh
Suharto pada tahun 1967, yang melarang pelaksanaan adat dan agama Tionghoa di
tempat umum. Abdurrahman Wahid meresmikan tindakannya dengan menandatangani
Keputusan Presiden No. 6 yang dikeluarkan pada tahun 2000, yang mengizinkan
perayaan Tahun Baru Imlek secara terbuka. Di bawah Megawati yang memimpin
pemerintah Indonesia dari bulan Agustus 2001 hingga September 2004, Tahun Baru
Imlek dijadikan hari libur nasional pada tanggal 1 Februari 2003.

          Selama sepekan sebelum tanggal 1 Februari 2003, dengan tidak sabar
masyarakat Tionghoa menunggu Tahun Baru Imlek. Sepanjang minggu menjelang
Imlek, seluruh Jakarta semarak dengan warna mencolok merah dan emas— bukan saja
di daerah Pecinan seperti Glodok dan Gajah Mada tetapi juga di pusat perbelanjaan
merah seperti Plaza Senayan di Jakarta Selatan dan Plaza Indonesia di Jakarta Pusat.
Peragaan boneka lucu yang mengenakan kostum tradisional tampil di etalase Sogo,
toserba di Plaza Senayan, dan pita merah berjuntai indah di plafon lengkung yang tinggi
di pusat perbelanjaan itu. Orang Tionghoa yang lahir dan beranjak dewasa pada era
Orde Baru ingat bahwa mereka hanya dapat mendengar musik Tahun Baru Imlek di
Pecinan atau di rumah selama musim perayaan Imlek selama pemerintahan Suharto.
Pada tahun 2003, mereka dapat menikmati lagu-lagu Tionghoa seperti yang mereka
dengarkan di masa kanak-kanak mereka dari system stereo toko-toko di pusat
perbelanjaan di luar Pecinan.

          Setelah tahun 2003, Imlek dirayakan dengan meriah di berbagai kota di seluruh
penjuru Indonesia. Para karyawati di toserba-toserba seperti Sogo yang sebagian
besar orang pribumi mengenakan kostum tradisional Tionghoa, qipao, sementara
rekan-rekan mereka yang pria mengenakan jaket Mandarin. Seringkali gulungan ang

                                                             24
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15